Senin, 22 September 2008

Laskar Pelangi

Rencananya sih kita akan nonton film laskar pelangi...
ya, mumpung anak-anak udah libur sekolah...
tapi, kira-kira pakai acara ngantri karcis gak ya?
masalahnya kalo pakai acara ngantri sampai berdesak-desakan jadi malas lah ya
jadi ingat acara antri-antrian yang berbuah maut...hi...
antri pembagian uang zakat...
antri penukaran uang kecil baru... duh...

Semoga tidak pakai acara antri ya!

Rabu, 17 September 2008

Enak banget, sih

"Enak banget sih, Dik Amil nggak sekolah lagi deh..." seperti biasa si kakak merajuk mengetahui pagi itu adiknya kembali tidak masuk sekolah karena sakit.

"Mas Azzam nggak boleh gitu, kan dik Amil lagi sakit...."

"Huuh, sakit lagi, sakit lagi..."

"Iya kan kasihan dik Amil, Nak, nanti bisa ketinggalan pelajaran. Mas Azzam harus bersyukur karena diberi Allah kesehatan..."

"Tapi kan enak Mi, nggak sekolah.."

"Siapa bilang sakit enak, kemarin dik Amil diambil darahnya, Mas Azzam mau?"

"Nggaklah!"

Duh, si kakak uring-uringan pagi itu. Kebetulan memang si adik kesehatannya sering terganggu, hingga sering tak bisa mengikuti pelajaran di sekolah alias belajar di rumah alias ijin. Beratnya juga cuma 19-21 kilogram, tergantung kapan nimbangnya. Memang nih anak agak susah makan. Kemarin habis sakit amandel eh sekarang terkena parotitis alias gondongan. jadi supaya tidak menulari teman-temannya, si Amil harus dikurung di rumah. Sebenarnya anaknya sendiri masih cukup lincah dan pecicilan, beda saat sakit amandel sebelumnya. Ia hanya bisa tergolek di tempat tidur.

Beberapa hari kemudian

"Ya, udah Mi, dik Amil nggak papa kok nggak masuk sekolah..." kata si kakak tersenyum manis.

Wah tumben, ada apa nih?

"Dik Amil biar sembuh dulu, istirahat saja di rumah. Sekarang kan lagi puasa, jadi pertahanan tubuh teman-temannya kan kurang bagus. Kata umi penyakit karena virus mudah menular kan..." masih dengan senyum manisnya si kakak menerangkan mengapa adiknya pagi itu belum bisa berangkat sekolah. Wah si kakak tampak dewasa dan bijaksana. Tetap semangat berangkat ke sekolah sendirian, tak ada rasa iri lagi.

Memang, setelah adanya perjanjian tak tertulis, setiap adiknya sakit dan tidak masuk sekolah, si kakak tidak pernah uring-uringan lagi dan tetap semangat meski berangkat sendirian. Mau tahu isi perjanjiannya?

"Selama dik Amil sakit, uang saku dik Amil akan jatuh ke tangan Mas Azzam."

Hehehehe...

Sabtu, 13 September 2008

Aduh, jangan injak kakiku

Saat mengantar anak-anak tidur, saat kruwelan di kamar tidur

"Emang, kakinya kenapa sih Dik?" tanyaku pada si kecil.

"Diinjak sama Rahma, Mi..."

"Diinjak?"

"Ya."

"Masak sih diinjak saja sampai berdarah? Emang Rahma itu laki-laki atau perempuan?"

"Rahma ituerempuan. Dia kan lagi loncat terus menginjak kakiku."

"O, jadi Rahma loncat terus nginjak kaki dik Amil ya. Sakit nggak?"

"Ya sakit dong."

"Dik Amil menangis?"

"Enggaklah, aku tahan..." kata si kecil sambil menirukan mulutnya sedang meringis. Aku tak dapat menahan tawa.

"Berarti Rahma nggak sengaja dong?"

"Ya sengaja lah..."

"Bu Guru tahu nggak?"

"Ya tahu, Mi..."

"Terus Rahma dimarahi tidak?"

"Enggak."

"Dik Amil marah nggak sama Rahma"

"Ya marahlah."

"Dik Amil marahi Rahma nggak?"

"Nggaklah. Malas, ntar nangis, ngadu sama guru."

"Dik Amil balas nginjak Rahma nggak?"

"Nggaklah, malas, ntar nangis, ngadu sama guru. Cengeng, males ah..."

"O... terus diobati sama siapa? Bu Isti atau Bu Dini?"

"Bu Dini. Aku disuruh wudhu dulu, terus dioles betadin terus di hansaplast."

"Bu Dini baik ya, udah bilang makasih belum?"

"Hm... eh kan Mas azzam pernah dikatain gendut tuh sama si Fakhri."

"Emang kan Mas Azzam gendut. Ngatainnya dimana ? Di sekolah atau di ILP?"

"Di sekolah Mi, biar aja nanti dosa Mas Azzam diambil Fakhri, nah pahala Fakhri jadi punya Mas Azzam..."

"O, emang begitu ya?"

"Ya, iya begitu Mi..... kalau ada teman ngeledek kita, enak Mi... dosa kita ditanggung sama dia..."

"O... jadi dik Amil jangan suka ngatain teman ya, repot, ntar dosa temannya ditanggung dik Amil deh...."

"Terus pahala kita juga bisa diambil sama dia Mi..."

"Dik Amil udah tahu ya..."

Sabtu, 06 September 2008

BERJALAN DI AIR


Ini adalah pengalaman Mas Azzam dan Dik Amil ketika berjalan di atas air.
Wow... dikiranya berjalan beneran... ternyata kedua anak dimasukkan ke dalam balon raksasa lalu ditiup memakai selang besar untuk mengisi udara...wush...
Lalu balon dikunci dan diapungkan ke dalam air...
Ayo mulai berjalan... gampang atau sulit ya?
Wow.. ternyata sulit juga ya...
Lihat Mas azzam dan Dik Amil terjatuh-jatuh saat akan berdiri...
Ayo berusaha lagi ya!

Jumat, 05 September 2008

TULISAN MAS AZZAM

HALO!

HARI INI AKU PUASA PENUH(BELUM DAPET HADIAH).
OH YA AKU PUNYA RESEP TELUR LEZAT!

-2 BUTIR TELUR AYAM
-3 SENDOK MAKAN TEPUNG BUMBU APA SAJA

CARA MEMBUAT=
1.TEPUNG BUMBU DIMASUKAN KEDALAM TELUR KEMUDIAN DIKOCOK PAKAI GARPU BERSAMA SAMA
2.PANAS KAN WAJAN DADAR YANG SUDAH DIBERI SEDIKIT MINYAK GORENG.
TUANG ADONAN TELUR,GORENG TELURNYA HINGGA MATANG
3.DADAR SIAP DIHIDANG KAN


KOMENTAR AZZAM =
HEM!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!TELUR INI SANGAT LEZAT!
SANGAT COCOK UNTUK SAHUR/BERBUKA PUASA!

DIK AMIL SAKIT

Kamis pagi (4-9-08)

"Dik Amil bangun sayang, sahur yuk..."

"Hm...dik Amil lehernya sakit Mi..."

"Ya udah, minum aja dulu...ini ada teh hangat. Atau mau minum susu?"

"Air putih aja Mi..."

Kamis, 04 September 2008

GAS HABIS

Klek, klek, klek, klek

Bunyi apa ya?

Antara sadar dan tidak sadar aku mendengar suara "klek klek" dari bawah. Saat itu aku sedang tidur di atas bersama anak-anak sambil menunggu datangnya waktu sahur.

Segera aku bangun dan turun ke bawah.

"Ada apa Mbak? Gas nya habis ya?" tanyaku pada si mbak yang sedang berusaha menyalakan kompor.

"Iya Mi, dari tadi tidak bisa," jawab si Mbak.

Aku lalu mencoba menyalakan kompor gas. Sekali, dua kali. Sia-sia. Kompor tak juga mau menyala. Lalu aku periksa tabung gas di bawah kompor. Aku gerak-gerakkan, berharap ada sisa gas mengalir. Tak juga membawa hasil.

Waduh, bagaimana ini? Reflek aku buka tudung saji di meja makan. Ada beberapa lauk sisa buka puasa. Dingin. Duh, bagaimana ini, kasihan besok yang puasa, masak dikasih lauk dingin?

Untuk nasi dan air panas tak masalah, tapi lauknya?

Tiba-tiba aku menyesal, kenapa tak jua menyiapkan kompor listrik. Atau tabung gas pengganti. Untuk tabung gas pengganti mungkin masuk ke urutan sekian, karena aku tak berani memindahkan selang gas sendiri. Sedang untuk membeli kompor listrik aku masih suka menunda, takut bahaya (ih.... ndeso banget ya?)

Jadi mesti bagaimana ini?

Ayo berpikir!!!

Hap! Aku ingat ada warung padang langganan yang pernah kutanya buka sampai sahur. Ok, aku segera menyiapkan diri ke sana. Tapi, hiii...malam-malam begini? Jarum jam saat itu menunjukkan pukul 3 pagi. Duh bagaimana ya...

"Mbak yuk pergi berdua beli makanan di warung padang aja, yuk..." ajakku pada si Mbak, lumayan kan kalau berdua.

Begitu mengeluarkan motor, aku berubah pikiran.

"Aku sendiri aja deh Mbak. Mbak nyiapin air minum aja ya...sambil kupas buahnya..." kataku pada si Mbak. pikirku saat itu kalau kami pergi berdua, takut kelamaan dan takiu belum sempat menyiapkan minuman hangat.

Akhirnya...bismilah...aku meluncur ke jalan raya.

Masih di jalanan komplek, ternyata banyak sekali warteg yang buka. Wah aku surprise banget. Aku segera mampir ke warteg langganan.

Segera aku pesan beberapa lauk-pauk.

"Hm...Bu, maaf elpiji saya lagi habis, boleh tidak numpang goreng nugget buat anak saya?" tanyaku hati-hati saat membayar.

"Nanti bayar berapa gitu deh Bu..." kataku memohon kemurahan hati si Ibu empunya warung.

"Udah bawa aja ke sini, Mbak..." kata si ibu ramah.

"Terima kasih Bu..."jawabku sambil pulang. Alhamdulillah, akhirnya ada nugget hangat buat si kakak buat makan sahur.

Sampai di rumah aku segera membawa nugget untuk numpang digoreng di warteg. Si Mbak ikut senang karena sempat khawatir tidak ada lauk buat si kakak.

Ketika aku kembali ke warteg, setelah nugget digoreng ternyata si ibu tidak mau dibayar.

"Ini buat Ibu," kataku sambil menyelipkan sejumlah uang.

"Jangan ditolak Bu, saya sangat berterima kasih sudah ngrepoti Ibu. Sekarang apa-apa kan mahal Bu, makasih ya Bu," kataku sambil beranjak pulang.

Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah untuk kebaikan Ibu itu pada kami, sehingga pagi itu kami bisa makan sahur, atas karunia-Mu.

Senin, 01 September 2008

Suka Pisang


Ayo...siapa mau pisang...!!
Manis, enak...ditanggung gratis lagi...hehehe bebas ambil, asal dimakan

Bukan Preman


Jangan takut... ini bukan adegan preman di terminal... hehehe
Maaf untuk seorang sahabat yang ada di foto
Sekedar untuk mengingatkan kita, bahwa sering kita menilai seseorang dari penampilannya, penampakannya. Padahal tak selalu.
Pun teman saya ini. Pertama melihatnya pasti akan muncul rasa takut. Tapi begitu mengenalnya, dia adalah seorang sahabat yang berhati baik dan lembut (mohon jangan GR ya...hehehe)
Jadi, mungkin ada baiknya kalau kita tidak melihat seseorang hanya dari penampilannya... pun semoga penampilan seseorang jangan sampai mengecoh kita.....

Proll Tape

(foto menyusul ya...)

Pagi itu ada acara tahsin di rumah. Acara yang rutin diadakan sepekan sekali, tepatnya tiap hari selasa pagi. Melihat ada abang tape lewat, aku beli...dan jadilah 'kue proll tape semaumu' ...hehehe

Maksudnya 'semaumu' adalah sudah menjadi rahasia umum kalau aku bikin kue itu resepnya adalah semaumu... artinya ya semaumu...jarang pakai timbangan, kecuali untuk kue-kue tertentu yang memang ukurannya harus tepat.

Untuk kue-kue yang biasa-biasa saja, ukurannya adalah 'perasaan'...hehehe

Bahan :

Tape singkong 2 kg
2 kuning telor dan 3 putih telor
1 kuning telor untuk olesan atas
Mentega dicairkan (secukupnya, kira-kira 100 gram)
Susu putih bubuk (secukupnya, dikira-kira saja)
Gula pasir (semaunya, mau semanis apa, juga tergantung tapenya, kalau tapenya sudah manis tidak perlu banyak-banyak)
Tepung terigu (dikira-kira saja, sekitar 100 gram)
Tepung maizena (juga dikira-kira sekitar 50 gram)
Krju parut untuk taburan (bila suka)

Cara membuat:

Tape dibuang sumbunya dan dihancurkan. masukkan telor, mentega cair, tepung terigu, tepung maizena, susu bubuk, gula, lalu aduk sampai rata.
Ambil cetakan yang sudah dioles mentega.
Masukkan adonan dan olesi atasnya dengan kuning telor. Panggang sampai matang.

Mudah kan?

No Cookies

"Lebaran tahun ini kita nggak bikin kue" pengumumanku pagi itu disambut biasa-biasa saja oleh anak-anak.

"Kenapa, Mi?" tanya si kakak.

"Lebih baik waktunya dipakai ibadah saja, Sayang. Lagian kan si Mbak tanggal 20 sudah pulang kampung. Belum lagi nanti kan kita juga mau mudik, tenaganya harus dijaga..." begitu penjelasanku panjang lebar pada anak-anak. Semoga anak-anak bisa mengerti.

Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, membuat kue kering sudah merupakan tradisi yang sulit kutinggalkan. Sejak aku masih SD aku sudah terbiasa membuat kue lebaran. Macam-macam kue kami buat. Ada nastar, kastengel, putri salju, lidah kucing, coklat chips, kue strawberry (kuenya nenek dito-seperti di iklan waktu itu), cheese stick, kacang telor, kacang bawang, atau menggoreng kacang mede. Itu adalah jenis camilan yang selalu nyaris ada.

Apalagi saat anak-anak masih kecil. Dengan suka cita mereka akan membantu membentuk kue. Lebih tepatnya main-main. tapi kubiarkan saja. Anak-anak sangat senang mencetak kue dengan aneka bentuk, menabur coklat, keju atau mengoles kuning telor. Hal yang paling menyenangkan adalah saat menunggu kue keluar dari oven. Kue yang paling disenangi anak-anak adalah kue lidah kucing. Begitu keluar dari oven langsung deh habis diserbu anak-anak. Aku hanya tertawa saja. Bahkan mereka sampai rebutan. Karena biasanya aku membuat kue pada malam hari sehabis tarawih, atau pagi hari selepas sahur. Kadang sampai siang juga bila aku membuat adonannya banyak.

Membuat kue sebenarnya merupakan keasyikan tersendiri. Aku tahu mungkin rasa dan bentuk kue buatanku tak sebagus dan seenak kue yang dijual bakery. Tetapi alhamdulillah kue itu selalu habis ludes. Tentu saja karena kue-kue itu segera melalui jalur distribusi begitu selesai dikemas. Maksudnya aku akan segera bagi-bagi kue itu ke tetangga dan saudara. Dan biasanya mereka akan tercengang setelah tahu bahwa kue itu adalah buatanku sendiri.

"Bikin sendiri, Mbak? Kok masih sempat sih?" begitu rata-rata komentar mereka.

Iya sih kok masih sempat ya, kadang aku juga berpikiran begitu. Bukannya waktunya mending untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat ya.

Jadi lebaran tahun ini aku tidak membuat kue, tapi beli seperlunya saja. Sempat kaget juga melihat harga kue kering yang selangit. Ada yang 40 ribu, bahkan ada yang 60 ribu satu toplesnya. Juga kue lapis legit yang aku baca di majalah harganya per loyang sampai 530 ribu! Ampyun deh....mahal sekalee...!