Jumat, 13 Agustus 2010

My Daily Activity

Sudah lama sekali aku tidak membuka blog ini... tak membaca apalagi posting tulisan....
Hm... kesibukan akhir2 ini, juga sebuah peristiwa penting yang menggetarkan baru saja terlewati... :)

Ingin kutulis semuanya di sini, sebagai sebuah pengingat, sebagai sebuah perenungan, bahwa apa pun bisa terjadi, walau kita amat tak menginginkan itu terjadi...
Bahwa kita harus selalu siap menghadapi situasi tersulit sekalipun, meski kadang kita merasa tak mampu melaluinya... kadang kita merasa begitu berat hal yang harus kita hadapi...

Kini aku menjalani rutinitas itu... berusaha menghadapi semuanya dengan senang hati... bersyukur bahwa aku masih diberi kesempatan mendampingi anak-anak dan berusaha memberikan apa yang terbaik yang mampu kuberikan....

Dik Amil sekarang sudah masuk sekolah, 3 minggu pasca operasi, masih pakai kursi roda... Jadi kami harus membiasakan diri bangun pagi2, karena jam enam pagi harus segera berangkat. Alhamdulillah ada Mbak Dar yang menemani dik Amil selama di sekolah. Setelah menaikkan dik Amil ke lanta1 tiga (ke kelas 4C) aku segera berangkat ke klinik. lalu dari klinik kalau sudah siang aku segera ke sekolah menjemput anak2. Sebelum puasa kemarin, aku pulang dulu untuk menyiapkan makan siang anak2 yang diantar oleh Om Wawan. Kebetulan anak2 tidak mau makan catering sekolah.

Lalu siangnya aku baru menjemput mereka. Anak2 pulang jam 3 siang, aku berangkat dari rumah jam 2, karena jarak sekolah rumah yang lumayan jauh.

Selama puasa anak2 tidak makan siang, jadi aku tak perlu menyiapkan makan siang. Pulangnya pun lebih awal, yaitu jam 13.20 WIB.

Dalam sepekan, aku mengambil libur pagi (tidak praktek) yaitu hari rabu dan jumat. Dulu rabu adalah hari pengajian TK sementara jumat adalah hari humaira. Tapi untuk sementara kegiatan humaira pindah waktu dan pengajian TK belum aktif lagi (mungkin setelah lebaran baru mulai lagi). Jadi khusus hari rabu dan jumat, setelah antar anak2, aku bisa langsung ke pasar atau ke superindo. Hm... apalagi kalo bukan kegiatan rutin ibu2 yaitu berbelanja... :)

Pilihanku ke pasar Bintaro yang ada di sektor 2 karena barang2nya segar dan bagus2. Pilihannya juga beragam. Sementara bila sedang malas ke pasar, pilihanku jatuh ke superindo. karena letaknya yang selalu kulewati saat pulang dari klinik dan barang2nya juga relatif segar dan bagus (meski tentu saja harganya agak mahal). jadi aku belanja yang perlu2 saja.

Tadi pagi aku sempat mampir ke superindo, belanja keperluan berbuka puasa, sekalian. Hai ada buah labu kuning menggiurkan, aku beli sepotong, gula merah, santan dan kolang-kaling. Rencananya sih mau bikin kolak labu kuning campur kolang-kaling.

lalu aku melihat ada kulit ayam goreng tepung. Hm aku beli buat dik Amil, sekali-kali aja aku beli karena memang kurang sehat. lalu ada tumis daging buncis wortel baby corn. mantap buat Mbah kakung yang kebetulan banyak pantangan makan.

Lalu aku membeli buah2an. Aku membeli apel fuji 4 buah, pear pokaam 3 buah, mangga 3 buah... sedikit2 aja... biar cepat habis dan beli lagi. Karena kalau kebanyakan suka busuk atau layu di kulkas.

Lalu aku melihat ada buah kurma yang ditata di stirofoam, hanya berisi antara 6 sampai 8 buah. tapi kenapa harganya mahal sekali ya? Aku lihat yang isinya 8 buah harganya sekitar 23 ribuan. Ternyata sekilo buah kurma itu harganya sekitar 148 ribuan. wah... cukup mahal ya. Didorong oleh rasa penasaran, aku ambil yang isinya 8 buah. memang buah kurma itu ukurannya agak besar dan warnanya agak tua. Aku lupa namanya kurma apa.

Lalu aku pergi ke bagian ikan dan daging, aku beli daging yang udah diiris2 untuk tumis. ada yang warnanya tua dan merah muda. Aku tanya ke petugasnya mana yang lebih empuk kalao dimasak, katanya yang warnanya agak tua. hehe... beginilah kalo kurang pengalaman memasak, jadi banyak tanya. lalu aku beli beberapa ons daging untuk sop, lumayan untuk persediaan kalo ingin masak2 ada kaldunya.

Akhirnya setelah merasa cukup aku beranjak ke kasir. Kulihat keranjang belanjaanku. Hm apa lagi ya... buncis, sawi putih, cabe merah, bawang bombay, baby corn, labu siam... buah2an, bandeng presto... kayaknya cukup deh.

Setelah membayar aku segera pulang. Lumayan juag belanjaanku pagi itu... sekitar 204 ribu. Sebelum pulang aku beli bensin dulu. Sekarang karena rutin mengantar anak2 sekolah, jadi tiap jumat aku harus mengisi penuh tangki bensin.. :)

Sampai di rumah.... segera kukeluarkan belanjaan dan mulailah aku beraksi di dapur. tujuan pertama adalah membuat kolak labu kuning. Hm... gampang dan cepat matang. lalu bikin oseng daging bawang bombay. Tinggal iris2 bawang bombay, bawang putih dikeprek, saos tiram, kecap manis... garam gula sedikit... siap sudah... :)

Ini makanan kesukaan mas Azzam. Sorenya nanti mau bikin spageti, kebetulan masih ada sisa saos spageti kemarin yang disimpan di kulkas. Ok sudah selesai....

Aku melihat jam dan bersiap menjemput anak2 pulang sekolah....

Begitulah aktivitasku... pulang sekolah hari ini kebetulan anak2 tidak ada les, jadi bisa istirahat. Sekarang tinggal menyiapkan buka puasa dan malamnya aku bersiap untuk ke klinik.

Hm... tak terasa sudah tanggal 13 Agustus. Cepat sekali.... sudah di pertengahan bulan. Anak2 sekolah sampai tanggal 30, tanggal 31 agustus buka puasa bersama di sekolah. lalu libur lebaran dan masuk lagi tanggal 20 September. lama juga liburnya selama 20 hari.

Ya Allah... semoga kami bisa menjalani Ramadhan ini dengan penuh ibadah dan kesabaran. Mas azzam punta target khatam, sehari harus bisa membaca 1 juz, duh... aku nggak boleh ketinggalan nih...

Yang paling susah adalah manajemen kesabaran... kalo lagi baik sih gampang, tapi kalo amil lagi rewel atau azzam lagi marah2... wah... wah... benar2 ujian untuk uminya... semoga bisa sabar menghadapi tingkah anak2... semoga angin anak2 baik2 saja.... amin

Hm... ahad, 15 agustus ada acara buka bersama di rumah, mau menu apa ya?

Selasa, 08 Juni 2010

Go to sleep...

Saat leyeh-leyeh akan tidur malam... saat-saat yang mahal karena aku hanya mengalaminya saat cuti praktek atau hari libur. Mengantar anak-anak tidur sampai terlelap...

Biasanya aku akan membacakan sebuah buku cerita atau berita dari majalah. Atau sebuah cerita yang membuat anak-anak tertarik untuk mendengarkannya. Ya, apalagi kalau bukan cerita tentang masa kecil bundanya. Cerita tentang sebuah desa, sebuah sawah, sebuah cita-cita... cerita tentang jaman serba susah dan kekurangan. Namun tetap ada alasan untuk bahagia. Tetap ada alasan untuk tidak tak berhasil, menggapai cita-cita. Sebuah cerita yang penuh semangat.

Aku sedih karena akhir-akhir ini anak-anak suka berkata kasar. Setidaknya menurutku. Padahal aku tentu tak pernah mengajarinya. Dari mana mereka dapat kata-kata itu? TV, game online atau mendengar dari teman-temannya?

Selain suka berkata kasar, anak-anak juga suka menendang, memukul atau apa saja yang kasar dari tingkah mereka. Duh... sampai pusing bagaimana mengatakannya. Sudah sering diingatkan tapi seperli lewat begitu saja. Akhirnya saat menjelang tidur... kucoba membuat sebuah cerita....

"Yuk... kita berdoa sebelum tidur... supaya nanti saat tidur tidak mimpi buruk. Yuk kita berdoa, semoga Allah menjaga kita... supaya besok pagi bisa bangun dengan sehat dan penuh semangat..." seperti biasa ajakku pada anak-anaknya yang sudah mulai sayup-sayup matanya.

"Memang setan bisa masuk ke manusia ya, Mi?" tanya si kecil.

"Ya kalau kita lupa berdoa, bisa saja. Setan bisa masuk ke lidah kita. Nah, akibatnya apa? kalau setan masuk ke lidah kita, numpang atau kost di lidah kita, maka kata-kata yang keluar dari lidah kita adalah kata-kata yang kasar dan menyakitkan. Kalau ada setan di lidah, ngomongnya jadi sembarangan. Lidah yang dimasuki setan, bisa mengajak yang punya lidah masuk ke neraka, karena bicaranya kasar, jelek dan menyakitkan. Kalau di lidah ada malaikat, maka kata-kata yang keluar pasti sopan, halus dan baik-baik. Pun mengajak yang punya lidah masuk ke surga, karena hanya perkataan yang baik dan lembut yang keluar. Perkataan yang menyenangkan hati orang yang mendengarkan. Nah, kalau kita ingin tahu, di lidah kita ada setan atau malaikat, caranya gampang. Coba kita sama-sama mendengarkan, kata-kata seperti apa yang keluar dari lidah kita? Kalau kita suka bicara kasar dan jelek, suka marah-marah dan membentak atau ngata-ngatain teman... nah kira2 malaikat atau setan yang ada di lidah kita?"

"Jadi kalau kita misalnya ingin marah, ditahan dan ganti ucapkan astghfirullah aladzim... setan akan lari dan kita tidak lidah kita tidak jadi mengatakan yang kasar2..."

"Kalau hati kita sedang kesal dan ingin memukul teman, ucapkan astaghfirulah aladzim.... setan akan lari ketakutan dan tangan kita tak akan memukul teman..."

Anak-anak terdiam. Semoga perumpamaan sederhana itu bisa mereka cerna. Tangan dan lidah yang baik dan dihuni malaikat akan membawa yang punya masuk surga... mudah2an di lidah kita ada malaikat, di tangan kita ada malaikat.... mulai sekarang, berkata yang baik dan sopan, bersikap lembut dan sopan.... supaya malaikat kerasan dan setan lari ketakutan..."

"Sudah malam, yuk kita tidur dulu..."

"Bismika allohumma ahya wabismika amuut..."

Senin, 07 Juni 2010

IBU YANG BELAJAR

Aku adalah seorang ibu yang selalu belajar ingin sempurna
meski aku tahu aku tak akan pernah bisa

Aku adalah seorang ibu yang selalu ingin melakukan yang terbaik untuk anak-anakku
meski seringkali aku kehabisan daya dan upaya

Aku ingin semua tampak sempurna
aku ingin semuanya baik-baik saja
memastikan bahwa semua anak tercukupi segala kebutuhannya
kebutuhan fisik, berupa makanan, kesehatan, waktu luang, waktu main
kebutuhan otak berupa pelajaran yang baik, les-les yg seabreg
kebutuhan ruhani berupa pngenalan pada Allah swt
melaksnakan semua ajaran-ajarannya
sholat, belajar puasa, berbuat baik, surga dan neraka
les bahasa arab, tahsin, tahfidz di hari minggu
kebutuhan perkembangan psikis mereka melalui kasih sayang
permainan, buku-buku dan teladan yang baik di rumah
mengawasi jam nonton teve dan apa saja yang dilihat anak
menemani mereka main komputer dan internet
memastikan laman apa saja yang dilihat
memastikan teman-teman mereka
meyakinkan mereka berdua baik-baik saja

Saat ujian tiba
betapa repotnya aku
melihat jadwal dan meneliti satu persatu buku mereka
memstikan tak ada tugas atau PR yang belum dikerjakan
meneliti jawaban mereka yang salah dan memberitahu jawaban yang benar
menyiapkan fisik mereka supaya sehat dan bisa menjalani ujian dengan baik
menelepon teman-teman mereka saat si kakak jadwal ujiannya hilang
saat kisi-kisi ujian prakteknya entah nyelip di mana

Pun saat ujian selesai dan liburan segera tiba
sibuk aku mengatur jadwal liburan mereka
yang sering bentrok dengan jadwal les yang tetap berjalan
atau les-les apa saja yang bisa libur dulu
betapa repotnya aku sebagai ibunya

Lelahkah aku?
Capekkah?
jawabannya sudah pasti
ya... aku tak pernah merasa capek dan bosan dengan semua tugas itu

tugas ku sebagai ibu mereka
aku berdoa agar aku tidak merasa bosan
aku berdoa agar aku tidak pernah merasa letih, capek atau semacamnya

karena ini adalah sebuahpilihan
dan aku telah memilihnya sejak awal

meski aku kadang suka marah dan berteriak
pada anak-anakku
jika ada hal-hal yang di luar semestinya
tapi kemarahan itu tak pernah lama
karena cuaca cepat berubah
dan angin kelembutan biasanya kembali hadir
sikap anak2 pun kembali biasa
siap bermanja-manja dan bergelayut pada ibunya

begitulah enaknya jadi seorang ibu
bisa bicara dari hati ke hati dengan anak-anak
saat aku ingin mengetahui rahasia terdalam yang tersimpan di hati mereka
saat teriakan dan kemarahan kehilangan arti
jiwa anak-anak yang lembut memang hanya bisa disentuh dengan kelembutan

akulah ibu yang sedang belajar
selalu belajar
menjadi ibu yang sempurna

meski aku tahu aku tak akan pernah bisa

tapi aku akan terus belajar
dan tak ada kata henti untuk belajar

menjadi ibu terbaik bagi anak-anakku

Kamis, 27 Mei 2010

Cinta yang Selalu Ada

Jelas aku melihat cinta itu ada
bukan di wajah jelita remaja putri berusia belasan
bukan di tubuh tegap pemuda usia belasan

Jelas kulihat cinta itu ada
dalam pelupuk mata senja
tubuh yang beranjak ringkih
memeluk dan mencium sang kekasih yang tergolek tak berdaya
dengan selang melumuri seluruh tubuhnya

Jelas... jelas kulihat cinta itu ada
melingkupi jiwa dengan sempurna
cinta sejati tak kan lekang oleh waktu
tak mati dimakan usia

Jelas kulihat cinta itu ada
saat sebuah tangan keriput mengelus sebuah nisan bertuliskan nama kekasih
sementara gundukan tanah masih begitu merah
begitu basah
oleh air mata

Jelas kulihat cinta itu ada
dan aku menangis karenanya

*Bunda Ainun habibie dalam kenangan, semoga mendapat tempat yg baik di sisi Allah swt. amin*

Padahal lagi asyik ngerjain pasien
tapi air mata itu tetap mengalir
untung pakai masker
jadi pasiennya tidak tahu...
^_^

Selasa, 25 Mei 2010

Sempurna

Perpaduan yang sempurna...

senja yang baru saja turun
hujan yang baru saja reda
kuntum melati yang baru saja mekar

benar-benar sebuah perpaduan sempurna
seperti mesin waktu
siap mengembalikanku
ke masa kecil yang penuh warna

tapi... oh
aku tak perlu kembali ke masa kecil itu
karena disinilah aku kini
melati itu nyata
kuhirup harumnya
merambat di tiang depan rumah
bunga yang kutanam bertahun yang lalu
kuncupnya banyak, segar dan subur
aku tersenyum

hari merambat memasuki awal juni
tapi hujan tetap setia menemani
harusnya musim kemarau kini

tapi sungguh
aku tak keberatan hujan turun

melatiku pun mekar
menyambut rintik terakhir
senja turun

anak-anak bersiap pulang dari les
kusambut di depan pintu
dengan sejumput cinta yang selalu ada

lihatlah wajah mereka
senyum cerah
tawa menghias bibirnya

atau kadang wajah mendung
tenang, bunda akan siap menampung

berkeluhlah Nak
ceriakah harimu hari ini?
sedihkah yang kau rasa?

ceritakan semua pada bunda
dan wajah kecil itu akan bersemangat
kadang masih dengan badan yang belepotan keringat
atau bau asem yang menyengat

atau...
kadang dengan mata berkaca
siap keluar sang air mata

lalu bunda besarkan hatimu
bahwa itulah warna dunia di luar sana
ada berbagai warna, berbagai rasa
kau harus siap, Nak

itulah dunia sesungguhnya yang akan kau hadapi
meski tanpa bunda di sisi
kau akan pahami
dan mengerti


semoga kau kuat
semoga kau tetap bersemangat

aanak-anakku tersayang

ada perpaduan yang sempurna
antara senja, hujan dan bunga
seperti bunda yang selalu tersenyum
bila melihat perpaduan yang sempurna itu
bagai lara yang terangkat sirna

kelak kau akan punya perpaduan sendiri
versimu sendiri
entah itu apa, Nak

apapun itu
semoga mampu mengubah warna hatimu
menjadi warna-warna ceria

yang kan mampu
hilangkan sedihmu
hilangkan gundahmu
mengangkat dukamu
membuang lara hatimu

dan kau pun akan kembali tersenyum

Kamis, 20 Mei 2010

Percakapan Santai

"Hayo ketahuan... Dokter mau jalan-jalan ya...." kata pasien itu langsung main tembak, sesaat setelah memasuki ruangan.

Sebagai sasaran -yang merasa- 'salah tembak' aku langsung memasang muka kebingungan.

"Jalan-jalan ke mana? Ah enggak... lho dari mana Bapak tahu?" jawabku kebingungan sambil tersenyum.

Wah jangan2 rencanaku ada yang bocor... bisa via fb atau blog. Atau... hm tahu dari mana ya bapak ini? Wah.. jangan2 dia ngikuti FB-ku... hehe GR, padahal perasaan aku tidak pernah nulis yang aneh2 di FB, juga rencana jalan2... wong emang lagi tidak ada rencana kemana-mana. Jadi?

"Yaa... kan dokter nanti malam tidak praktek...."

Ya ampun... itu to masalahnya... karena tidak praktek malam, sang pasien langsung mengkonotasikan dengan 'jalan-jalan'... hehe enak sekali ya... :)

Aku tersenyum, "Oo... iya mungkin setiap Kamis malam saya akan cuti praktek," jawabku. "Bukan buat jalan-jalan Pak, tapi saya ingin nemani anak-anak belajar... karena setiap malam dari Senin sampai Sabtu saya tinggal. Kasihan anak-anak..."

"Iya nih, kalau saya dan istri sibuk sekali, anak2 pasti keteter deh.. nilainya langsung anjlok..."

"Iya, bapak dan ibu kan kerjanya dari pagi sampai malam ya..." kataku.

Begitulah... pembicaraan mengenai anak, atau mengenai apa saja... sambil merawat anaknya yang duduk manis di dental unit, sambil asyik membaca majalah anak2.

***

Ini pembicaraan lain dengan seorang pasien, seorang ibu dua putra yang masih cantik dan langsing di usia hampir kepala empat.

"Tahu gini.... saya dulu ambil kuliah dokter gigi aja ya......"

Aku tersenyum, "Emang Ibu dulu kerja apa?"

"Sekretaris."

"Wah bagus itu Bu... Ibu pasti terbiasa ngatur segala sesuatu, rinci, teliti... hm..pantas ibu masih kelihatan cantik dan langsing..."

"Saya kan keluar dari kantor Dok, disuruh suami ngurus anak saja... Kalau dokter kan enak, waktunya lebih fleksibel dan bisa diatur sendiri... "

"Iya, kalau sekretaris harus selalu stand by di kantor ya Bu..."

"Sekarang jadi sekretaris bapak aja Bu..."

"Iya emang saya sekarang jadi sekretarisnya suami...hehe..."

***

Sebuah percakapan yang lain. Saat aku lagi asyik merawat anaknya, sang bapak tampak membaca majalah kesehatan sambil matanya sesekali melihat iklan di tv.

"Dokter tahu nggak, kenapa banyak sekali iklan kecantikan di tv?" tanyanya tiba-tiba.

Jujur aku tidak siap menjawab, lagi konsentrasi membersihkan polip di gigi putri kecilnya.

"Kenapa ya? Wah saya tidak tahu..." jawabku.

"Ya karena perempuan itu tidak percaya diri. Inginnya kelihatan cantik di depan laki-laki. Biar kelihatan cantik, segala usaha dilakukan..." jelasnya.

"Terus kalo laki-laki... tidak perlu tampil cakep di depan perempuan ya Pak?" tanyaku, ingin tahu jawabannya.

"Nggak perlulah... yang penting duitnya banyak... haha" jawabnya sambil tertawa. Aku ikut tersenyum. Mungkin benar juga...

Rabu, 19 Mei 2010

HIPNOTERAPI

Mas Azzam, mulai besok dan seterusnya...
Mas Azzam jadi anak yang baik ya... mau berteman dengan siapa saja, sayang sama teman, bersikap sopan pada teman, mau menolong dan membantu teman ya Nak...

Mas Azzam, mulai besok dan seterusnya...
Mas Azzam kalau di kelas harus memperhatikan dan mendengarkan kata-kata guru yang mengajar ya Nak.. aktif bertanya dan menjawab pertanyaan kalau guru bertanya...

Mas Azzam, mulai besok dan seterusnya......
Mas Azzam harus mau memaafkan kesalahan orang lain, sopan dalam bicara dan bertindak, suka tersenyum dan ramah ya Nak...

Mas Azzam, umi ingin Mas Azzam menjadi anak yang sayang sama umi, abi, dik Amil dan sayang sama semuanya....
Umi dan abi sangat sayang sama Mas Azzam....

kurang lebih begitulah kata-kata yang coba aku ulang tiap hari... saat sulungku baru saja terlelap...
aku ulang-ulang untuk beberapa hari
mencoba terapi hipnoterapi yang konon bisa memperbaiki perilaku seseorang
karena masuk melalui alam bawah sadar
saat baru saja tertidur atau saat ia terjaga dan sedang melakukan aktivitas yang paling disukainya

hal yang sama coba aku lakukan pada si kecil...

Aku sesungguhnya lebih percaya bahwa kata-kata seorang ibu kepada anaknya adalah sebuah doa
doa yang selalu diulang-ulang
sehingga Allah mengabulkan doa itu
menjadi sebuah kenyataan

ya, karena setiap kata-kata seorang ibu adalah doa yang baik bagi anaknya

sebagai seorang ibu, aku harus selalu belajar untuk mengatakan hal2 positif
karena kata-kata positif akan mengalirkan energi positif
sebaliknya kata-kata negatif akan mengalirkan energi negatif

jadi... mari belajar dan terus belajar.... :)

Selasa, 18 Mei 2010

ADAPTASI

Anakku yang sangat aku sayangi, Azzam, malam itu pulang dari tempat les dengan muka mendung. Duh, ada apa Nak? Aku bersiap mendengar segala ceritanya, ya, karena ini adalah hari pertama ia berada di tempat kursus Bahasa Inggris yang baru. Atas sepertujuan dia, atas permintaan dia sendiri.

Sebelumnya Azzam les Inggris di lembaga yang sama, tapi beda cabang. Berhubung di cabang yg dekat rumah tak ada teman yang kenal (tak ada teman sekolahan) maka ia memutuskan pindah ke cabang yang dekat dengan sekolahnya. Di cabang itu, ada teman sekelasnya, meski beda level. Azzam sudah di level YAC 4, sementara temannya di level YAC 1. Kata Azzam tak apa, karena sebelum masuk dan pas pulangnya masih bisa ketemu. Aku sih menurut saja apa kata anakku, yang penting dia happy dan senang, aku turuti aja.

Ya, begitulah... akhirnya sore ini Azzam memulai harinya yang baru. Sebelumnya aku sudah menghubungi tempat les yang baru, bertanya mengenai jumlah murid, komposisi laki-laki dan perempuan serta rata2 usia peserta les. Aku bilang ke Azzam, ada 10 murid perempuan dan enam laki-laki. rata2 usia SD dan SMP, gimana Mas? Azzam setuju, mengangguk, tak masalah. "Benar Nak, kamu setuju?" ulangku lagi. Maksudku kalau Azzam merasa tak nyaman dengan teman2nya yg baru, ya tidak apa2, tidak perlu dipaksakan.

Karena Azzam sudah setuju, akhirnya aku siapkan uang kursus dan sore itu Azzam diantar Oom Wawan, karena aku sedang ada pengajian di rumah. Sebenarnya Azzam ingin uminya yang antar, tapi aku yakinkan dia, bahwa tadi aku sudah nelpon tempat kursusnya, jadi Azzam tinggal datang dan menyebutkan nama. karena Azzam bingung kakau disuruh menjelaskan dan lain sebagainya.

Sebenarnya aku juga sudah bersiap-siap mendengar cerita Azzam, tentang hari pertama lesnya. Tenyang gurunya, tentang teman2nya. Tentang ada warung tidak di tempat lesnya, tentang perasaannya.

Begitu melihat wajah Azzam, aku merasa something wrong. Ada kilat di matanya, duh jangan nangis, Nak.

"Kenapa sayang? Bagaimana lesnya, ketemu Fakhri tidak?" tanyaku.

"Teman-teman les yang sekarang kurang menghargai orang, Mi...." lapornya.

"Maksudnya apa? Kamu dicuekin? Kan belum kenal, Nak... itu biasa... nanti kalau sudah kenal Insya Allah ya enggaklah..." kataku.

"Gurunya gimana? Cuek tidak?"

"Ya enggak sih..."

Sedikit banyak aku paham bagaimana perasaan Azzam, juga sikap teman-temannya. Azzam adalah anak baru, sementara 16 orang teman2nya yang lain adalah anak lama, jadi sudah saling kenal dan akrab, apalagi kalo ada teman satu sekolahan.

"Mereka hanya mau main sama temannya aja..." kata Azzam sedih.

Aku ikut sedih juga. "Nggak papa Mas... tujuan Mas Azzam les kan ingin dapat ilmu, kalau ternyata dapat teman baik, itu bonusnya. Mas Azzam belajar yang rajin ya, memperhatikan guru... nanti kalau Mas Azzam smart nanti akan banyak teman juga. Ingat kata Umi, orang baik akan dapat teman yang baik juga. Yang penting Mas Azzam tetap baik sama teman yang lainnya ya..."

"Ada juga teman yang dipojokin, Mi... satu orang?"

"Siapa? Bukan Mas Azzam kan..."

"Bukanlah..."

"Kenapa dipojokin? Apa anaknya nakal? Anaknya baik nggak?"

"Baik sih kayaknya nggak nakal..."

"Ya udah Mas Azzam temenan sama dia aja... nggak papa... Tapi Mas Azzam hebat lho... berani sendiri... itu namanya penyesuaian Mas, adaptasi. Itulah dunia yang sesungguhnya Mas, keras. Kalau di BM kan Mas Azzam sudah kenal semua, banyak anak yang baik karena kan semua muslim dan tahu agama. Kalau di luar macam-macam Mas. Mereka berasal dari sekolah yang bermacam-macam. Jadi ya sifatnya juga bermacam-macam. Kalau di les privat relatif baik, anaknya sopan2 juga karena kebanyakan dari sekolah yang baik. Sabar ya Nak?"

Hm... dalam hati aku tidak mau memaksa... sambil kulihat2 dulu untuk beberapa pertemua ke depan... kalau sepertinya Azzam sullit menyesuaikan dengan lingkungannya yang baru, baik tak apa bila ia berhenti. Dulu pernah ia sampai nangis karena tak bisa adaptasi dengan lingkungan les yang baru, di mana setelah cuti beberapa bulan, ia ketinggalan kelas dengan teman2nya semula. Ketika ia masuk, level Azzam biasanya anak usia SMP dengan percakapan dan gurauan yang menurut Azzam tak nyaman. Aku tak bisa memaksa Azzam untuk masuk level pergaulan yang belum usianya... takut malah nanti ia jadi stress. Aku kembalikan diriku, bila dipaksa memasuki lingkungan yang aku tak nyaman... aku pun tak akan memaksakan diri...

Hm... begitulah problemku... gampang2 susah cari tempat kursus buat anak...
Sayang tak ada tetangga yang kursus di tempat ini, tak ada juga teman sekolah Azzam... Azzam dan Amil yang rajin kursus kumon, ILP, sakamoto, robotic... sementara tak ada tetangga atau teman sekolah anak2 karena rumah kami relatif jauh dari sekolah...

Kehadiran teman -seperti yang diharapkan- mungkin bisa memperbesar semangat menimba ilmu... sebaliknya kehadiran teman yang tak seperti yang diharapkan bisa mematahkan semangat menimba ilmu... waduh bagaimana ini?

Tentu aku tak ingin semangat anak2ku padam hanya gara2 masalah teman dan pola pergaulan yg membuat dia tak nyaman...
Pun aku tak ingin anak2ku stress gara2 aku terlalu memaksa... jadi? Ya udah Nak, bila masih bisa, jalani aja... semoga keadaannya akan membaik nantinya...

Tetap semangat menuntut ilmu... selamat berjuang anak2ku tersayang... :)

Love much from Umi

IBU, AKU INGIN KAU TAHU...

Dia adalah sahabatku... ya dulu dia adalah sahabatku. Waktu dan jarak yang membentang di antara kami, mungkin cukup lebar dan lama. Entah berapa tahun aku tak bertemu dengannya, hingga di sebuah pagi, aku melihat sosok yang tak asing bagiku. Aku sungguh senang bertemu dengannya... Melihat keadaannya yang masih sama seperti dulu, cuek, apa adanya dan sedikit keras kepala (untuk hal yang positif tentunya).

Percakapan kami pun berlanjut... biasa ibu-ibu... tak jauh dari cerita tentang anak-anak, suami dan masakan. Tapi aku sungguh sedih saat ia mengeluh tentang anaknya yang mulai beranjak dewasa. Apalagi setelah pertemuan kami itu, esoknya ada sahabatku yang lain yang menceritakan keadaannya.

Ya, setahuku dia memang keras dan apa adanya. Tapi aku tak menduga ia bersikap sangat kaku dan berkesan memusuhi putrinya yang beranjak remaja. Mungkinn ia melakukan untuk kebaikan putrinya, caranya yang kurang tepat atau entah apa... tapi kukira tak harus sekaku itu. Kukira ini hanyalah miss komunikasi... tapi bila tak segera diluruskan, tak cepat dibenahi, pasti akan menimbulkan kebencian di hati sang putri, juga akan melukai hati sang umi (sahabatku).

Aku memang belum berpengalaman punya anak yang beranjak remaja, mengalami masa puber. tapi setidaknya aku dulu, dulu sekali pun pernah mengalami masa-masa itu. Masa yang pencarian jati diri. masa yang penuh gejolak, ketertarikan terhadap lawan jenis, ketertarikan terhadap semua hal yang baru dan menarik. Aku ingin sekali menjadi tempat curhat anak-anak dan bisa mendampingi anak-anakku melewati masa itu. Bukan malah memusuhinya, bukan bahkan mengekangnya. Bisakah? Mungkin aku harus lebih banyak belajar dan belajar. Banyak membaca buku atau mengikuti seminar-seminar tentang perkembangan anak.

"Ada pamannya yang pinter musik, nah anaknya suka ngobrol tentang musik, eh uminya marah-marah sampai akhurnya pamannya tidak datang-datang lagi ke rumah," kata sahabatku yang lain.

Aku tertegun. Ingat beberapa bulan yang lalu aku membelikan dua gitar buat anak-anakku. Bahkan aku menyemangati anak-anakku untuk les gitar. Aku pikir, musik baik buat keseimbangan hidup mereka, asal berada di jalur yang benar. Bermusik dalam rangka ibadah dan meningkatkan ketakwaan. Dengan lagu-lagu religi atau pun nasyid, kukira itu tidak salah. Tapi mungkin sahabatku mempunyai pertimbangan sendiri yang juga harus aku hargai. Tapi di sisi lain, aku merasa kasihan pada anak sahabatku, lama-lama dia bisa tertekan dengan pola asuh yang keras dari uminya.

"Ibu itu bilang kalau sebenarnya dia paling tidak suka memegang tangan anaknya, nanti jadi manja." Uff..... sejauh itukah? Jangankan menggandeng, sampai kini anak-anakku masih sering minta dipeluk, bangun tidur tengah malam suka memanggil namaku. Sering aku bertanya ke mereka, "Nanti Mas azzan dan dik Amil, kalau sudah besar, masih mau dipeluk umi nggak?Masih mau dicium umi nggak?" Dan mereka akan menjawab serempak, "Ya maulah... tapi jangan di depan umum ya Mi, kan malu..."

Memang kuakui sering anak-anak berbeda pendapat denganku. Tapi aku selalu berusaha untuk meluangkan waktu mendengarkan curhat mereka dulu. Apa yang diinginkan dan mengapa mereka menginginkan. Baru aku jelaskan, mengapa ini boleh mengapa ini tidak boleh. Pun selalu aku tekankan aku sayang pada mereka. Bahwa kami sebagai orang tua akan mendukung apaun asal demi kebaikan mereka kelak. Susah payah dan tak henti-hentinya aku mencoba menjelaskan dengan bahasa mereka. Bahwa mereka butuh berjuang dan berusaha sekuat tenaga. Dan itu berarti agak sedikit mengurangi waktu main dan waktu senggang. Tapi mereka akan memperoleh hasil yang jauh lebih nikmat, jauh lebih menguntungkan. Selalu aku tekankan, bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Bukan bersenang-senang dahulu, menderita kemudian. Sudah banyak contoh nyata yang bisa dilihat anak-anak.

"Dulu waktu kecil, umi juga susah Nak, belajar dan menghafal pelajaran, sementara teman-teman yang lain main. Tapi kan bisa dilihat hasilnya sekarang?"

"Sekarang Mas Azzam dan dik Amil bersusah-susah belajar dan les ini itu, sementara teman-teman kalian main. Nanti kalian akan melihat hasilnya, Nak. Akan merasakan manfaatnya... Coba sekarang, kamu sudah hafal perkalian dan soal-soal olimpiade yang sulit. Belum tentu temannya mas Azzam itu bisa kan?" kataku sambil menyebutkan nama temannya yang seusia. "Perkalian aja dia belum hafal Mi, orang kerjanya main mulu..." jawab Azzam. Di samping itu, tak lupa aku selalu menekankan pada Azzam untuk selalu bersikap rendah hati dan tidak boleh sombong.

"Terus jaman kalian nanti sulit Nak, harus bersaing untuk masuk perguruan tinggi. Misalnya yang daftar 5.000 orang sementara yang diterima cuma 200 orang. Jadi satu banding 25, artinya apa? Artinya Mas Azzam bersaing dengan 25 orang, hanya satu yang nilainya tertinggi yang masuk. Jadi diantara 25 orang yang ujian itu, Mas Azzam yang masuk, Mas Azzam harus mengalahkan 24 orang yang lain. Artinya apa? Artinya Mas Azzam harus mempunyai kepandaian dan pengetahuan di atas rata-rata... mengerti Nak?"

"Umi dulu juga begitu?"

"Ya, umi dan abi dulu juga begitu.... bersaing dengan anak-anak yang juga ingin kuliah. Tapi sekarang persaingannya lebih berat. Umi ingin anak-anak umi mampu bersaing... karena itu kalian harus rajin belajar, rajin latihan, ikut les... supaya mempunyai pengetahuan di atas rata-rata anak yang lain..."

"Tapi tetap ada waktu main kan?"

"Ya iyalah... kalian boleh main, asal jangan lupa belajar...jangan lupa waktu"

"Umi tidak ingin anak-anak umi nantinya hidupnya susah, susah cari kerja... kalau kalian pandai, kalian akan mempunyai pekerjaan yang baik, banyak uang, bisa beramal sholeh, bisa membantu orang lain.... karena tidak selamanya umi akan bersama kalian, jadi umi harus membekali kalian dengan ilmu dan iman yang baik, Nak..."

"Bila ingin sukses di dunia, cari dan kuasailah ilmu dunia. Bila ingin sukses di akherat, cari dan kuasailah ilmu akherat. Bila ingin sukses di dunia dan akherat, cari dan pelajarilah kedua-duanya... ilmu dunia dan akherat...."

" Janganlah kamu meninggalkan anak-anakmu dalam keadaan lemah..."

"Muslim yang kuat lebih disukai Allah dari pada muslim yang lemah..."

Ya.. aku ingin meninggalkan anak-anak dalam keadaan yang kuat, kuat secara iman, ilmu dan materi... juga kaya hati.... karena semua itu tak akan berarti apa-apa kalau tak disertai dengan kaya hati dan empati....

Aku ingin selalu menjadi sahabat anak-anakku... mendengar curhat mereka, mengetahui apa yang mereka inginkan... dan mendampingi mereka menyambut masa depannya...

Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi keluarga kecil kami.... amiin

Juga bagi keluarga sahabatku.... semoga Allah memberikan pencerahan, kasih sayang dan cinta-Nya... amiin ya Robbal 'alamiin

Sabtu, 15 Mei 2010

LIBURAN

Hari-hari ini... hari yang penuh dengan persiapan. Hm... persiapan ujian, juga persiapan liburan. Ujian anak-anak sudah di ambang pintu, kurang dua pekan lagi. Tepatnya tanggal 31 Mei sampai 4 Juni ujian tulis, dilanjutkan tanggal 7 sampai 11 Juni ujian praktek. Selain menyiapkan materi ujian untuk anak-anak, aku juga harus siap-siap mencari dokter pengganti. Ya, seperti biasa, kalau anak-anak ujian... aku juga libur praktek karena ganti profesi jadi guru les privat yang super galak...hehehe.

Jadi apa acara selanjutnya? Setelah anak-anak menerima raport?

Hm.. apalagi kalau bukan acara yang ditunggu-tunggu... yaitu liburan! Liburan identik dengan acara santai-santai. Bangun siang, tidak mandi (baca : susah banget disuruh mandi), menghabiskan waktu seharian di depan tv atau main game online. Duh..duh... kepalaku sudah nyut-nyutan membayangkan itu semua. Aku tidak yakin bisa terus mengawasi anak-anak... jadi polisi yang super galak... bisa tekanan darah tinggi.

Bukannya aku tak mengijinkan anak-anak bersantai dan bergembira. Meninggalkan rutinitas yang mebuat stress. Oh tidak... aku hanya ingin anak-anak mengisi liburannya dengan kegiatan yang menyenangkan, bermanfaat dan tidak sia-sia. Ok, kalau ditanya prioritas pertama, kegiatan itu harus yang menyenangkan, tidak membuat anak bete. Tapi tidak berarti kegiatan yang menyenangkan itu harus sia-sia dan membuat otak anak berhenti kan? Boleh menonton tv, tapi pilih acara yang bagus. Boleh main game online, tapi harus ingat waktu.

So? Jadi?

Kulihat kalender, ada sekitar tiga-empat minggu yang bisa digunakan untuk liburan. Minggu pertama, masih ada beberapa kegiatan di sekolah sampai menerima raport. Pekan kedua aku ingin mengirim anak-anak liburan ke Semarang, ke rumah neneknya. Pekan ketiga, tepatnya tanggal 27 Juni sampai 1 Juli aku ingin mengikutkan anak-anak home stay di Bandung, mengikuti acara yang digelar mahasiswa dari masjid Salman, ITB. Pekan terakhir dihabiskan di rumah. Kebetulan creative kids (tempat anak-anak kursus sakamoto an robotic) juga mengadakan acara mengisi liburan. Selebihnya mungkin aku akan mengajak anak-anak berenang, jalan-jalan ke Ragunan, reuni dengan teman2 SMA... ke toko buku... hm... apa lagi ya?

Lalu liburan ini anak-anak mau berhenti les dulu atau bagaimana ya? Sayang juga kalau berhenti... kalau tidak, ya mungkin banyak gak masuknya... jadi gimana?

Ya udah tanya sama anaknya aja, mau lanjut atau mau berhenti sebulan dulu...

Oya, anak-anak sih semangat banget ikut home stay.. aku juga mengemangati mereka untuk mandiri... ya, aku ingin anak-anakku jadi anak yang mandiri, kuat, tidak cengeng dan fight. Tapi kayaknya bapaknya masih belum tega... duh.. gimana ya?

PELABUHAN KEDUA

Ini adalah kisah sahabatku, sebut saja namanya Mandira. Ia adalah seorang janda dengan dua anak usia sekolah dasar. Setengah tahun yang lalu, ia mengikhlaskan suaminya memilih cinta kedua, yang hadir secara tiba-tiba dalam pernikahannya yang hampir berumur delapan tahun. Ia pernah menangisi perceraian yang terasa begitu menyakitkan. Dia pernah tersungkur dan tenggelam dalam air mata. Dia pernah merasakan pedihnya dikhianati. Dia... dia yang memilih bertahan dan melanjutkan hidupnya. Dia adalah wanita yang tegar dalam satu sisi, tapi rapuh dalam sisi lainnya.

Ibunya meninggal tak lama setelah sang suami menjatuhkan talak di pengadilan. Sahabatku kembali berduka. Tapi dia tidak menangis untuk kehilangan kali ini. Aku tak berani bertanya, apakah air matanya telah mengering, ataukah karena ia teramat tabah dan tegar. Dia tersenyum tipis saat orang-orang datang melayat dan mengucapkan turut berbela sungkawa. Aku tak berani mengartikan senyumnya. Apakah senyum ketegaran ataukah kepedihan. Aku bahkan tak berani terlalu lama memandang wajahnya. Tak jua berusaha mencari sisa-sisa air mata yang mungkin masih terlihat di sudut matanya. Tidak, aku tak berani melakukan semua itu. Bahkan sekedar menebak isi hatinya yang sesungguhnya. Aku hanya tahu satu hal. Kehilangan orang yang kita cintai sungguh satu peristiwa yang menyayat hati. Mungkin kita bisa sembunyi di balik senyum di bibir, tapi mata adalah jendela hati. Yang tak mudah dibohongi.

"Aku baru saja memutuskan satu hal..." dia tersenyum sambil setengah berbisik.

Mata kecilku melebar, "Apa?" hm selalu saja ingin tahu.

"Ada brondong yang sudah beberapa bulan terakhir ini coba mendekati. ia sudah mengenalkanku pada keluarganya, juga sudah mengatakan ingin menikah dan berumah tangga denganku..." ia berhenti, seulas senyum cerah menghiasi bibirnya.

"Lalu?" hm selalu saja tak sabar. "Anak-anak bagaimana?"

"Cukup dekat sih sama anak-anak. Tapi... aku bukan gadis belasan tahun lagi. Aku tidak mengutamakan fisik atau yang lainnya. Yang penting bisa menerima aku satu paket, sayang dan tidak perhitungan..."

"Maksudnya?"

"Ya .... gitu deh, mau sih antar pergi kerja.... tapi kalau beli bensin selalu minta dibayarin, pulsa minta dibeliin..... hm... ABCD.."

"Apaan ABCD....??"

"Aduuh Boo... Capek...Deh..."

"Haha... terus gimana?"

"Ya aku putusin aja..."

"Emang kamu gak cinta sama dia?"

"Enggak, aku nggak pakai perasaan... aku lebih lihat kesungguhannya, tanggung jawabnya..."

"Jadi kalau misalnya dia benar-benar tulus, sayang kamu dan anak-anak, terus dia tidak perhitungan dan tidak selalu minta dibayarin... pun bertanggung jawab, kira-kira kamu mau nikah sama dia, meski misalnya saat itu kamu tidak ada rasa cinta...??"

"Hm... ya begitulah, cinta bisa menyusul... bisa tumbuh seiring waktu..."

"Ya... itu benar. Karena kita bukan gadis lagi, bisa berpikir lebih dewasa dan bijaksana..."

"Aku hanya tak ingin jatuh pada lubang yang sama, tak ingin jatuh pada kesalahan yang sama..."

Aku sungguh salut pada sahabatku ini. Begitulah hidup... tak ada yang abadi. Seseorang yang dulu amat kita cintai dan mencintai kita, tiba-tiba bisa menjadi sosok yang asing. Cinta bisa hilang. Kasih sayang bisa melayang. Cinta bisa tumbuh, bisa juga mati... bahkan berubah jadi benci.

Tiba-tiba aku ingat suamiku... ingat anak-anak... Ya Rabb yang Maha Cinta... jagalah cinta itu agar terus tumbuh dan tumbuh di hati kami....

Bintaro, 15 Mei 2010

Rabu, 12 Mei 2010

PAM CERIA (2)

PAM Ceria tahun ini, aku sempat bingung, mau ikut atau tidak. Ya, tentu semua dengan pertimbangan tertentu. Sebenarnya aku ingin ikut, karena aku ingin membantu mengawasi dan mengobati peserta bila ada yang terluka atau sakit. Tapi bila aku ikut, aku khawatir, anak-anakku yang ikut berkemah akan tergantung padaku dan tidak mandiri. Tahun lalu ketika camping di Ragunan, Amil yang saat itu masih kelas 2 SD, bolak-balik mengintip tenda P3K untuk memantau keberadaanku. Memang sih, setelah diberi pengertian oleh seorang guru, akhirnya Amil bisa bersikap biasa dan tidak sebentar-sebentar menjenguk tenda P3K. Seperti orang tua yang lain, tentu aku ingin anak-anak bisa mandiri dan belajar melihat hidup dari sisi yang lain. Itulah hikmah yang aku ingin anak-anak bisa mendapatkannya dari acara camping kali ini. Bahwa hidup tak selalu berjalan mulus, bahwa mereka tak selalu mudah memperoleh apa yang menjadi keinginannya. Bahwa ada kalanya kita harus mampu hidup susah dan apa adanya. Tak ada kasur empuk lengkap dengan pendingin ruangan, tak ada si mbak yang bisa dimintai tolong mengambilkan sesuatu. Semua harus dikerjakan sendiri. Belajar melakukan semua sendiri dan -tentu saja- bekerja sama dalam satu kelompok.

Akhirnya aku berkonsultasi dengan seorang guru. Alhamdulilah berkat masukan beliau, aku merasa mantap untuk ikut. Intinya dari rumah anak-anak sudah disiapkan bahwa nanti di arena camping, bapak dan ibu mentor adalah pengganti orang tua di rumah. Sementara keberadaan aku di sana bukan sebagai ibu mereka, tapi sebagai tenaga medis yang membantu merawat peserta camping bila ada yang sakit dan terluka. Sepertinya anak-anak bisa mengerti. Aku tekankan juga, kalau ada apa-apa harus lapor sama mentor, kalau mau pergi juga harus ijin mentor. Kurasa anak-anak bisa mengerti dan paham.

Maka tibalah saat mempersiapkan peralatan yang akan dibawa. Setelah semua terkumpul, aku mulai menulis nama dan anak-anak dengan antusias menempelkan nama itu ke bendanya masing2 menggunakan selotif bening. ”Syamil body wash..... haha” kata Amil sambil mengacungkan body wash yg berganti merk menjadi Syamil body wash.

”Azzam tepung bumbu..hehe,” si kakak tak mau kalah. Begitulah, acara tempel menempel cukup heboh. Lalu dilanjutkan dengan packing. Anak-anak kuminta memasukkan sendiri barang-anak yang akan dibawa ke dalam tas, supaya mereka tidak kebingungan bila akan menggunakan. Dan akhirnya .... berakhirlah acara packing malam itu. Si kakak menghasilkan satu tas peralatan pribadi, satu tas snack dan satu tas besar berisi karpet dan tikar. Si adik menghasilkan satu tas keperluan pribadi, satu ember berisi snack dan sebuah tongkat pramuka. Setelah menaruh barang-barang di ruang depan, anak-anak bersiap tidur dan masuk ke kamarnya.

Paginya, alhamdulillah anak-anak gampang dibangunkan. Setelah bersiap dan sarapan, tepat pukul setengah tujuh, kami berangkat ke sekolah. Sampai di sekolah, sudah ada beberapa anak dan guru yang datang. Lalu peserta berangkat ke TKP setelah tak lupa berdoa bersama semoga acara perkemahan dapat berjalan dengan lancar, semua peserta dapat menjalankan semua kegiatan dengan selamat dan semoga acara perkemahan ini bermanfaat.

Wah... sampai di TKP peserta tampak asyik menghias tenda. Sebagian ada yang sibuk memasak. Tercium wangi telor dadar yang membuat perut melilit kelaparan. Juga aneka masakan dari tempe. Oh... ternyata para peserta sedang mempersiapkan lomba memasak.

Tibalah saatnya aku bersama Bu Lia, menyisir. Ups..... bukan menyisir rambut lho... tapi keliling arena, mendatangi satu per satu tenda, menanyakan apa ada yang sakit atau tidak serta memberitahu letak tenda P3K. Kalau ada peserta yang butuh pertolongan, segera menghubungi atau datang ke tenda P3K. Wah... tampaknya semua peserta baik-baik saja. Wajah-wajah mungil yang ceria tampak asyik menghias tenda. Melilit kertas berwarna-warni, menempel, menghias dengan spidol timbul, menghias tenda dengan ikatan ilalang... dan bermacam-macam ragam hiasan yang lain. Begitu kreatif dan indah.

Ketika aku berjalan ke tenda berikutnya, tiba-tiba terdengar seorang anak menangis kesakitan. Kuhampiri si kecil yang menangis sambil terduduk. Ya Allah, kulihat darah mengalir dari mulutnya. Segera kugendong dan kubawa ke tenda P3K. Ternyata berat juga, untung ada bapak guru yang menggantikan menggendong. Ternyata dia terjatuh, tak melihat ada tali tenda. Untung jatuhnya di rumput, jadi lukanya tidak terlalu parah. Segera kubersihkan dan kutekan daerah yang luka. Kulihat bibir bawah bagian dalam luka, mungkin terantuk gigi. Ada sedikit darah mengalir dari hidung. Aku berusaha menghentikan perdarahan dan menenangkannya.

”Tidak apa-apa Sayang, sebentar lagi Insya Allah sembuh. Tuh.. darahnya sudah berhenti. Sakit sedikit ya... sabar ya Sayang.....” kataku coba menenangkan.

Alhamdulillah tak lama kemudian darahnya sudah berhenti. ”Ganti baju ya, Nak... biar diambilkan sama temannya...” usulku. Aku khawatir kalau dia melihat bekas darah yang ada di bajunya, dia akan takut lagi.

Perdarahan pada bibir bagian dalam memang sering dialami anak-anak yang jatuh. Penyebab salah satunya adalah karena terantuk dengan gigi, kadang disertai dengan gigi goyang pada daerah luka. Darah yang keluar biasanya cukup banyak, hal inilah yang membuat anak atau orang tua takut karena melihat darah yang cukup banyak. Pertolongan pertama, ambil kapas untuk menghentikan perdarahan dan menenangkan korban. Lalu mengolesi daerah luka dengan antiseptik (betadine). Biasanya tak lama kemudian darah akan berhenti total dan rasa sakit mulai berkurang.

Tak lama kemudian datang beberapa anak dengan keluhan yang sama. Beberapa bagian tubuhnya bentol-bentol. Kulihat ada yang di punggung tangan, seluruh tangan, kaki, perut, leher, punggung dan lain-lain. Melihat bentuk bentolnya yang menyebar, kemerahan, gatal, dan semakin bertambah banyak... bisa dipastikan itu adalah sebuah bentuk alergi. Bisa terkena ulat atau serangga. Tidak perlu khawatir dan panik. Segera olesi daerah yang bentol dengan lotion anti alergi. Bila bentolnya banyak, bisa ditambah dengan minum obat anti alergi. Alhamdulillah tak lama kemudian bentol-bentol mulai mereda dan rasa gatalnya juga mulai menghilang.

Setelah itu, ada juga beberapa anak yang datang dengan keluhan sesak nafas karena terhirup asap saat memasak.

Namanya juga kegiatan out door, jadi kurasa wajar kalau ada yang terluka ataupun keluhan lainnya. Yang penting kita sudah menyiapkan segala sesuatunya. Ya, memang tak harus sempurna. Kurasa tidak apa-apa sekali-kali anak-anak kita berkegiatan di luar, dengan segala tantangan, kesusahan dan kesulitannya.

Siang menjelang. Tenda terasa panas, akhirnya kami menggeser tenda ke tempat yang lebih teduh. Karena kasihan anak-anak yang menginap di tenda P3K kalau tendanya panas dan tidak nyaman. Menjelang jam tiga sore, terik matahari yang tadinya terasa membakar mulai meredup. Awan mulai datang, semakin lama semakin tebal dan hitam. Rintik pertama jatuh, dilanjutkan dengan rintik kedua, ketiga dan berjuta-juta rintik hujan mengguyur tenda-tenda kami. Air mulai mengalir dan meninggi. Angin menyertai hempasan hujan yang perlahan namun pasti mulai menggoyahkan pertahanan. Tenda kami kebanjiran....!!

Anak-anak keluar tenda sambil memakai jas hujan, sebagian menggunakan payung. Semua peserta dievakuasi menuju aula. Panitia segera berusaha mencari jalan keluar terbaik. Hasilnya, peserta terbagi dalam tiga wisma, tiga saung, parkiran, dan aula. Karena semua tikar basah, panitia segera mengerahkan karpet dan tikar yang masih tersisa di sekolahan. Alhamdulillah jumlahnya cukup banyak.

Tapi sebenarnya ada juga hikmahnya peserta tidak tidur di tenda. Karean ada beberapa tenda yang pesertanya gatal-gatal. Entah terkena ulat atau alergen yang lain. Ada juga yang hanya masuk tenda untuk mengambil sepatu, begitu keluar langsung bentol-bentol.

Acara malam hari berlangsung meriah. Inilah acara yang ditunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan pentas seni. Masing-masing kelompok mempersembahkan penampilan terbaik mereka. Lucu-lucu, abanyak peserta yang tertawa terpingkal-pingkal melihat aksi teman-temannya. Setelah pentas seni selesai, sampai pula pad acara yang juga sudah dinanti-nanti. Hm.. apalagi kalau bukan jalan malam. Duh, Nak.... nggak ada capek-capeknya ... meski mata sudah mengantuk, tetap antusias dan menyala lagi semangatnya untuk mengikuti jalan malam.

Malam mulai larut, tibalah saat tidur. Kembali kami menyisir... khawatir ada anak yang sakit atau panas. Ada satu dua yang batuk-batuk dan kami segera memberinya obat batuk. Satu persatu anak-anak yang sudah tertidur lelap, dibantu oleh para mentor diperiksa suhu tubuhnya. Alhamdulillah tidak ada yang panas. Aku segera kembali ke tenda P3K. Ada beberapa pasien dengan keluhan pusing, sakit perut dan satu orang suhu badannya agak tinggi, tidur bersama di tenda P3K, untuk memudahkan pemantauan.

Sekitar jam empat pagi, anak-anak mulai bangun. Sholat tahajud, sholat subuh dilanjutkan dengan cerita ba’da subuh. Lalu diteruskan dengan senam bersama dan lari mengelilingi arena perkemahan. Wajah-wajah tampak cerah dan segar meski belum mandi... hehe... maklum kalau agak bau-bau sedikit...

Setelah itu anak-anak sarapan dan minum susu hangat. Lalu mereka berganti pakaian dan siap-siap out bond. Setelah out bond.... mandi dan bersih-bersih badan. Beres-beres tenda, packing barang-barang.... dan persiapan untuk pulang.

Alhamdulillah... acara berjalan dengan lancar dari awal sampai akhir. Alhamdulillah semuanya selamat dan dapat pulang ke rumah dengan tak kuang suatu apa. Semoga anak-anak dapat mengambil hikmah yang banyak dengan kegiatan camping kali ini. Terima kasih kepada bapak dan ibu guru yang telah berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Semoga Allah swt membalas segala cinta, pengorbanan, kasih sayang dan segala peluh yang telah keluar... dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda. Amin, amin ya Robbal 'alamin.

Hm... kalau boleh usul, bagaimana kalau untuk tahun berikutnya camping diadakan pada musim kemarau.... kalau bisa pas bulan purnama, jadi jalan malam sambil ditemani cahaya bulan purnama.... hehe....

PAM CERIA (1)

Acara yang sangat ditunggu anak-anak. Acara yang membuat heboh saat menyiapkan peralatan yang dibawa, packing, sebelum berangkat, suasana di tkp, pun saat sesudah pulang... ya apalagi kalo bukan PAM Ceria... atau Perkemahan Anak Muslim Ceria...

PAM Ceria tahun ini jatuh pada hari Selasa dan Rabu. Anak-anak dengan heboh mulai menyiapkan barang2 yg akan dibawa. Dalam lembaran yang dibagi sekolah, semua peralatan pribadi harus diberi nama. Dari piring, gelas, sendok, ember, tikar, baju dan lain-lain. Maka malam itu, aku menulis nama anak2 dan anak2 menempelkannya menggunakan selotif bening.

"Azzam tepung bumbu..." kata Azzam sambil tertawa, tangan kanannya mengacungkan tepung bumbu dengan tulisan "Azzam".

"Syamil body wash... haha" jawab Syamil tak mau kalah sambil menunjukkan body wash dengan tempelan tulisan "Syamil"

Acara tempel menempel selesai dan diteruskan dengan acara packing.

"Ingar ya Na, baju dan peralatan kalian ditaruh di tas ini, jangan lupa.." hm... seperti biasa umi sibuk mengingatkan anak2 supaya mereka tahu dimana menaruh barangnya.

Begitulah, malam sudah menjelang... packing sudah seplesai... telpon berdering menandakan seseorang sudah menunggu umi di suatu tempat.

"Baiklah, umi berangkat dulu ya... kalian langsung istirahat dan tidur, supaya besok bisa bangun pagi2..."

Dalam hati berdoa semog acara PAM Ceria dapat berjalan dengan lancar dan bermanfaat. Amin

Selasa, 04 Mei 2010

LAMA SEKALI

Uff... ya, lama sekali aku tidak menulis di sini. Berbagai klesibukan dan rutinitas harian, benar2 membuatku tak mampu meluangkan waktu sejenak untuk jari2ku menari di atas keyboard. padahal jujur, di sinilah sebagian kusimpan kenangan hidupku. Menjalani hari2 yang indah bersama suami dan buah hatiku. Segala senyum, tawa dan canda. Juga gelisah dan air mata. Tapi kesibukan itu benar2 tak memberiku waktu. Atau aku yang kurang bisa mengatur waktu?

Hm... acara hari ini.... anak2 libur, klinik pagi juga libur...
Pagi ini di rumah akan ada pengajian tahsin, semoga bisa berjalan lancar. Setelah itu siangnya jam 11.00 wib les gitar, lalu menyelesaikan beberapa amanah. Semoga bisa berjalan dengan lancar.

Oya, anak-anak harus diberi "camilan"... Mas Azzam Math tentang perbandingan dan Dik Amil juga math tentang luas dan keliling bangun datar.

Anak2ku... semoga ditengah kesibukanku, aku tetap bisa memberikan dan melakukan yang terbaik untuk mereka berdua... membekali dengan iman dan ilmu yang bermanfaat... amin

Rabu, 17 Maret 2010

SENANDUNG MALAM

Ya, itu adalah nama kereta yang mengantar kami dari KL ke Singapura. Sebuah perjalanan yang cukup menyenangkan. Saat letih dan lelah mendera. Saat kaki ingin diluruskan dan badan segera direbahkan di kasur yang empuk .... ^_^

Kami menunggu kereta itu di KL Sentral. Anak-anak dengan gembira mengisi waktu sambil menyantap makan malam. Tak ada satu pun makanan yang terasa pas di lidah. Semua jadi aneh. Jadi amat merindukan yang namanya nasi masakan rumah. Cukup sulit menemukan nasi pulen yang rasanya asli nasi. Karena di sini kami sungguh sulit menemukan nasi. Ada restoran siap saji yang tak menjual nasi, tapi kentang goreng (Mc D). Ada yang akhirnya menjual nasi, tapi nasi lemak (KFC). Untung budak-budak (baca : anak-anak) tak terlalu rewel, mungkin karena sudah merasa lapar, akhirnya mereka mau makan juga ... ^_^

Oh ya, sekitar pukul 22.00 waktu setempat, kereta Senandung Malam datang. Kami berjalan menuruni eskalator. Tampak gerbong berderet. Sambil tetap membawa ransel di pundak masing-masing, kami muai mencari gerbong seperti yang tertera dalam tiket.

Sekilas tampak tempat tidur susun berderet, lengkap dengan tirai penutupnya. Duh, nyamannya kasur-kasur yang mengintip dari balik kaca itu... serasa ingin segera merebahkan badan, setelah lelah berpusing-pusing seharian. Kami terus berjalan. Melewati deretan gerbong yang berisi tempat tidur bertirai yang terlihat nyaman dan empuk. Lalu tibalah kami di deretan gerbong yang berisi kursi-kursi tegak. Ya.... kok kursi sih... jangan-jangan salah pesan tiket nih. Anak-anak udah mulai gelisah, lho kok kursi sih? Masalahnya udah ingin segera rebahan.... ^_^

Akhirnya kami bertanya pada petugas yang berdiri di samping gerbong dan kami disuruh jalan terus. Dan akhirnya, kami tiba di gerbong yang kami pesan. Begitu naik... duh... ternyata lebih nyaman dari gerbong yang memakai tirai. Karena di gerbong ini tidak memakai tirai tapi per kamar diberi pembatas dari besi, persis seperti sebuah kamar kecil lengkap dengan toilet sendiri, tv, dua tempat tidur bertingkat dan lampu serta tentu saja pendingin ruangan. Hm... sangat nyaman buat badan yang sudah terasa remuk redam...hehe. Kamar mandinya bersih dan wangi, beda dengan kamar mandi kereta pada umumnya. Dilengkapi dengan ruang mandi shower air hangat (ada pengatur airnya, mau hangat atau dingin) yang terpisah dengan wc. Tempat tidurnya cukup nyaman juga, lengkap dengan bantal dan selimut dobel.

Sambil rebahan, kami menikmati suasana malam kota Kuala Lumpur. Dari kereta, tampak Menara Twins Tower berkelip-kelip. Di sampingnya tampak megah KL Tower. Kereta terus berjalan membelah malam. Pertama ada pemeriksaan tiket. Lalu ada pemeriksaan paspor di atas kereta oleh kantor imigrasi Malaysia. Lalu setelah melewati perbatasan dan masuk ke Singapura, kereta berhenti dan seluruh penumpang turun -lengkap dengan membawa semua barang bawaan- untuk dilakukan pemeriksaan di kantor imigrasi Singapura. Ya... agak ribet juga sih sebenarnya... tapi ini memang prosedur yang harus dilalui, jadi ya.. jalanin aja... :)

Untung anak-anak gampang dibangunkan, dan mereka langsung lincah saat diberitahu kami sudah sampai Singapura. beberapa anak yang lain masih tampak mengantuk... karena baru bangun tidur dan -tentu saja- belum mandi... hehe

Ok, cerita selanjutnya akan menyusul ya... semoga aja sempat nulis dan up load foto2... sebuah liburan yang semoga bisa diambil hikmahnya.... :)

Rabu, 10 Februari 2010

BELAJAR

Sore itu, saya mengajari Amil (kelas 3 SD) yang besok akan ulangan harian PKN. Materinya adalah tentang Harga Diri. Maka mulailah saya membaca dulu sebelum mengajar anak saya. Materinya berkisar tentang pengertian harga diri, bagaimana cara menjaga harga diri, tentang kejujuran, kemandirian, disiplin dan tanggung jawab.

”Harga diri itu apa, Dik?” tanya saya pada Amil yang asyik main komputer.

”Hm.. apa ya... emang harga diri itu berapa, Mi?” jawab Amil balik bertanya.

Duh, saya harus menjaga kesabaran. Memang saya –agak- membiarkan anak belajar sambil berada di depan komputer, meski saya tahu itu tidak efektif. Tapi dari pada sama sekali tidak mau, jadi saya mesih agak mengandalkan pendengarannya, meski mata dan pikirannya asyik di game.

Saya harus paham, anak saya berangkat sekolah pukul 06.45 dan baru pukul 15.45 sampai di rumah. Saya punya waktu ’belajar’ dengan anak-anak sekitar jam 16.00 sampai dengan jam 18.00 WIB, karena lepas maghrib (kecuali hari minggu) saya sudah ada janji dengan ’sahabat-sahabat’ saya. Makanya sambil melepas lelah -karena baru pulang sekolah- saya biarkan anak-anak bersantai sambil saya coba masuki ’sesuatu.’ Saya bersyukur karena dengan cara ini lumayan berhasil. Kadang-kadang kalau materinya menarik, Amil bahkan rela pindah duduk untuk mengerjakan soal. Akhirnya perhatian dia jadi full fokus ke pelajaran. Kalau dia sudah mulai tertarik main game lagi, maka sayalah yang akhirnya aktif ’berkicau’ di sebelahnya, coba menarik perhatiannya. Seperti sore itu.

”Harga diri adalah kehormatan diri. Apa Dik? Harga diri adalah...”

”Kehormatan diri....”jawab Amil sambil tetap bermain, matanya sekilas memandang saya, hm tampaknya anginnya menunjukkan tanda sepoi-sepoi basah.

”Oke, pinter. Cara menjaga harga diri, ada tiga. Yang pertama, berbicara dengan sopan, tidak boleh kasar dan berteriak. Kedua, memakai baju yang bersih dan sopan, ketiga menjaga penampilan....” begitulah, lalu setelah mendengar kata-kata saya, si Amil lalu mengulangnya dengan kata-katanya sendiri.

Ya, saya harus pintar-pintar membaca situasi hati anak-anak. Apakah ’anginnya’ sedang baik atau tidak. Kalau sedang bad mood, saya mencari kata-kata yang membuatnya nyaman. Tidak dulu menjejali dengan materi pelajaran atau menyuruh mengerjakan kumon, wah bisa perang dunia ketiga. Lalu setelah saya lihat mood-nya mulai bagus, baru saya sodori dengan tanggung jawab yang harus ditunaikannya.

Saya paham, pulang sekolah, anak-anak pasti lelah, capek dan ingin istirahat. Sementara anak-anak saya, pulang sekolah, langsung mandi dan bermain sambil belajar dengan saya. Karena hanya sedikit waktu di sore hari itulah yang kami punya. Saya coba memberi pengertian ke anak-anak kalau malam bundanya harus praktek, makanya kalau mau belajar sama bunda ya waktunya sore hari. Kalau malam harus belajar sendiri. Kecuali kalau ada ulangan semester atau mid semester, saya biasa ambil libur tidak praktek malam.

Maafkan Bunda yang tak bisa full mendampingimu ya, Nak...

TEMAN KECIL

Siapa pun bisa jadi teman. Seorang teman pernah berkata pada saya tentang definisi “teman”. Menurut teman saya itu, teman adalah saling memberi manfaat tanpa ada niat memanfaatkan. Saling memberi untung (menguntungkan) tanpa ada niat mengambil keuntungan. Saling berkorban tanpa mengorbankan. Wah… maknanya dalam banget ya! Kalau dijabarkan bisa lebih panjang lagi. Masih menurut teman saya tadi, kalau ada orang yang mengaku teman, tapi dia masih suka memanfaatkan, mengambil keuntungan dan mengorbankan temannya, maka sesungguhnya dia bukanlah teman. Pusing? Sama, hehe…

Tapi teman yang ingin saya tulis di sini bukanlah teman seperti yang didefinisikan teman saya tadi. Di sini, di rumah kontrakan yang baru, saya merasa tak sampai hati bila harus membuang makanan sisa yang belum basi. Mau dikemanakan makanan-makanan itu? Kalau di rumah gampang, karena saya bisa salurkan ke si mbak untuk dibawa pulang atau dimasukkan ke komposter. Setidaknya saya tak harus merasa bersalah karena telah ‘membuang’ makanan. Tapi di sini?

Sampai akhirnya saya ingat kakak saya ketika masih di Jogja dulu, suka memberi makanan pada kucing. Makanan itu ditaruh di piring di depan rumah. Kenapa tidak saya coba, karena di sini saya lihat ada beberapa kucing yang suka tidur di teras. Akhirnya memakai piring dari styrofoam, saya meletakkan nasi beserta lauk-lauk yang tak habis termakan dan mencampurnya. Benar saja, tak berapa lama, isi piring ludes. Teman-teman kecil saya berpesta dengan suka cita. Saya pun tersenyum dari balik tirai, mengintip tingkah mereka.

Hm… akhirnya saya akui kata teman saya. Teman adalah saling menguntungkan tanpa mengambil keuntungan. Dengan hadirnya teman-teman kecil itu, saya terbebas dari rasa bersalah, sementara teman kecil saya, bisa berpesta dengan sesamanya…. ^_^

Banda Aceh, Januari 2010

TAMAN KOTA

Di sinilah warga Banda Aceh biasa berkumpul pada sore hari, atau pagi di hari Sabtu dan Minggu. Biasanya mereka mengadakan aktivitas santai, berolah raga, basket, futsal atau jogging mengelilingi lapangan yang cukup luas.

Di sekeliling jalan yang dibuat setapak dan sebagai pijakan orang jogging, tampak beberapa monumen kecil dari beberapa negara yang intinya mengucapkan terima kasih dan salam perdamaian. Misalnya dari Bosnia Herzegovina dengan tulisan Hvala Mir.

Setelah puas berlari atau sekedar jalan santai, kita bisa duduk-duduk di pinggir lapangan sambil menikmati hidangan kaki lima . Bubur ayam, bubur kacang hijau, mie ayam, siomay dan ketoprak bisa menjadi pilihan santapan di pagi hari. Cukup kenyang dan bisa mengganjal perut sampai siang.

Matahari mulai meninggi, satu demi satu warga mulai meninggalkan taman kota . Ada keluarga kecil, lengkap dengan kereta bayi dan dua anak balitanya yang lain, digandeng di kiri kanan. Ada juga sekumpulan remaja yang tertawa-tawa sambil mengayuh sepeda. Ada juga sepasang suami istri yang mesra bergandeng tangan, sambil peluh menghiasi keduanya. Ada juga senyum cerah para penjual yang dagangannya laris -manis tanjung kimpul- pada pagi itu.

Taman kota, ya keberadaanmu mungkin tak sekedar sebagai tempat berkumpul warga. Tapi kau telah ikut mencatat sejarah. Saksi bisu atas segala yang telah terjadi. Kaulah saksi di mana sepasang remaja pernah mengikat janji. Kaulah saksi atas sebuah keluarga kecil bahagia bersama sang buah hatinya. Kaulah saksi jika suatu saat mereka datang kembali padamu dengan hati yang sunyi. Berharap bisa memunguti semua kenangan yang pernah terukir di tamanmu, atau bahkan melepasnya. Kaulah saksi bisu yang setia itu…

Dan kini, aku mengukir kenangan di tamanmu. Di sebuah pagi, saat kami duduk bersama setelah lelah lari mengitarimu entah untuk berapa kali… mungkin esok atau entah kapan, akan ada sebuah hati sunyi, karena harus berlari sendiri lagi… ^_^

Negeri Tari Saman, 18 Januari 2010

ATJEH

GARIS PUTIH ITU
Selasa 12 Januari 2010
Dalam perjalanan dari Jakarta ke Banda Aceh, dari 36.000 kaki, tiba-tiba mataku menangkap sebuah garis putih horizontal memanjang. Matahari belum sempurna di atas dan perjalanan baru setengah jalan kulampaui. Sebuah fenomena alam yang mungkin amat biasa. Tapi baru kali ini aku melihatnya.
Tiba-tiba aku ingat percakapanku dengan kakakku dulu. Bahwa sebelum terjadinya gempa Jogjakarta , kakakku melihat garis putih memanjang di langit. Diceritakan bahwa sebelum kejadian gempa, akan tampak garis putih memanjang itu. Aku sendiri tak tahu, hubungan antara garis putih memanjang dan terjadinya gempa. Bahkan belum ada satu ilmuwan pun yang menjelaskannya. Belum jua ada penjelasan ilmiah dari lembaga yang kompeten di bidangnya, BMKG misalnya.
Tapi siang itu, saat aku melihat garis putih memanjang, aku sempat kaget. Dalam hati berujar, “Mbak, inikah garis putih seperti yang kau maksud itu?”
“Ya Allah, jika memang garis putih seperti ini yang dilihat kakakku sebelum terjadinya gempa, aku mohon, semoga garis ini tak berarti apa-apa dan jangan lagi kau timpakan cobaan itu pada kami,” doaku dalam hati, di 36.000 kaki.
Keesokan harinya…..
Aku lihat di TV dan baca di surat kabar, bahwa telah terjadi gempa di Haiti dan Manokwari. Ah… tiba-tiba aku ingat garis putih itu…. Hanya sebuah kebetulan atau memang sebuah pertanda? Atau kita harus lebih jeli membaca tanda-tanda alam?

POHON ASAM JAWA
Entah kenapa, banyak sekali kulihat pohon asam di sini. Utamanya di sepanjang jalan Daud Beureuh. Ya, mungkin saja beberapa puluh tahun yang lalu, pemerintah sepakat memilih pohon asam sebagai pohon peneduh jalan. Pohon-pohon asam yang ada di pinggir jalan itu, ada yang berusia tua dan muda. Ada yang dahannya menjulang sangat tinggi dan dahannya pun mempunyai lingkar yang besar. Dan yang lebih menggiurkan, banyak sekali buahnya. Buahnya bergelantungan, rimbun dan besar-besar. Dan yang membuat aku merasa aneh, buah-buah itu dibiarkan saja, yang sudah tua dan kering dibiarkan jatuh dan berakhir di keranjang sampah, disapu pagi-pagi oleh petugas kebersihan.
Aku jadi berpikir, jika saja buah-buah itu dipanen dan dikemas lalu dijual. Hehe… bagaimana kalau aku menjadi pengusaha buah asam saja? Sedih rasanya melihat buah-buah itu mubazir di sini….
Iseng-iseng aku bertanya pada seorang penjual jamu gendong yang pagi itu ketika sedang berjalan-jalan aku menjumpainya. Setelah minum jamu yang asam pahit segar, aku bertanya, “Apa di sini orang tidak masak pakai asam?” Mbok jamu gendong itu menjawab, “Mboten, menawi masak sayur asem ngagem belimbing wuluh…” Ooo… begitu to… lha pantesan aja… ^_^

BURGER
Berjalanlah sore hingga malam hari di sepanjang jalan Daud Beureuh, maka kau akan temui sebuah pemandangan menarik. Banyak pedagang burger di kanan kiri jalan. Dilengkapi oleh kursi-kursi kecil dan meja plastik yang ditata berjajar di sepanjang jalan. Mengingatkanku akan sebuah warung lesehan di kawasan Malioboro, Yogyakarta . Tapi di sini, di Banda Aceh, mereka tidak lesehan menggunakan tikar, tapi sebuah meja plastik yang dikelilingi oleh dua, tiga atau empat kursi plastik. Ditata berjejer di sepanjang jalan.
Saat aku lewat suatu malam, tampak beberapa pasangan, juga sekelompok remaja, duduk-duduk menikmati hidangan dan -mungkin juga- menikmati suasana jalanan. Pertama melihat, aku merasa agak aneh, sempat bertanya ke suami, “Lho emang orang Aceh suka makan burger ya?”
Oh… aku baru ngeh, bahwa budaya makan burger adalah salah satu budaya yang diperkenalkan orang di luar Aceh saat mereka datang membantu ketika bencana tsunami dulu. Kebetulan aku belum pernah beli burger. Sekali-kali aku ingin beli dan –yang lebih utama- ingin ngobrol sama penjualnya, sejak kapan mereka jadi penjual burger, siapa yang mengajari bikin burger dan bagaimana perkembangan usahanya setelah BRR meninggalkan Aceh? Yang pasti, mungkin pembelinya jadi berkurang ya…..

DOORSMEER
Percaya nggak, sampai capek muter-muter seluruh kota , jangan harap kita menemukan tulisan CUCI MOTOR. Lho kok? Jadi kalo pingin cuci motor harus siap berbasah-basah ria alias cuci sendiri dong? Hm… ya enggak juga sih, ternyata….
Saat jalan-jalan sore, aku banyak sekali membaca tulisan itu di pinggir jalan. DOORSMEER. Ya, doorsmeer! Ada juga tulisan doorsmeer, terus ditambahi di bawahnya roda dua atau ambal (eh ambal itu apa ya, kalo abal sih tahu….hehe). Nah, aku sudah mulai bisa menduga-duga, apa maksudnya. Ya benar! Ternyata itu adalah istilah warga untuk sebuah jasa pencucian motor! Kalo di Jakarta mungkin kita akan sering melihat tulisan CUCI MOTOR atau MOTOR WASH atar CAR WASH. Nah… kalau di Banda Aceh ini, jangan harap akan melihat tulisan CUCI MOTOR. Bukan karena tak ada jasa pencucian motor, tapi kalau di sini namanya DOORSMEER. Begitu loh… !
Eh… ngomong2 doorsmeer itu bahasa apa ya? Kayak bahasa Inggris ya… ^_^

TAWAS
Saat di toko bangunan membeli paku dan palu, datang seorang ibu-ibu membeli tawas 2 kg. Dalam hati aku sempat bertanya, hm… tawas untuk apa?
Dan akhirnya… beberapa hari kemudian, pertanyaan itu terjawab sudah. Di tempat kami yang baru, entah kenapa PAM belum masuk. Jadi untuk keperluan sehari-hari, untuk mandi dan cuci ngepel, kami menggunakan air sumur yang warnyanya aduhai.
Pertamanya sempat cap cay juga sih. Tapi mau gimana lagi. Sempat aku mau beli tawas dan bertanya bagaimana cara menggunakannya. Ternyata tawas itu harus dimasukkan di sumur (pantesan si ibu tadi langsung membeli 2 kg). Karena kalau dimasukkan di penampungan bak mandi, maka akan muncul busa. Akhirnya aku coba telpon bapak pemilik rumah, dan ternyata sumurnya sudah ditutup dan susah dibuka (sudah disemen).
Pertamanya si bapak cerita kalau air di tempat ini bersih dan bening. Dulu keluarga si bapak juga tinggal di sini dan masak serta minum dengan air sumur itu. Suami percaya saja tanpa melihat bagaimana kondisi airnya. Dikiranya sama bersih bening seperti kondisi air sumur kami di rumah Bintaro.
Aku sempat bertanya dalam hati, mungkinkan kondisi airnya berubah, dari dulu bening sekarang berubah coklat? Akhirnya aku telpon si bapak pemilik rumah, ternyata yang dimaksud bersih bening ya seperti itu, yang menurut kami adalah coklat. Dalam benak kami yang namanya bersih bening ya jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tapi segar. Sementara menurut persepsi si bapak, bersih jernih itu airnya bening tidak seperti kopi susu, karena beliau selalu bertanya, tapi bening kan ? Atau seperti susu? Aduh bapak, kalau airnya seperti susu, pigimane? Ya, ternyata hanya ketidaksamaan persepsi!!
Akhirnya… ya akhirnya… terima apa adanya, habis mau bagaimana lagi. Akhirnya air itu hanya untuk mandi dan cuci, hehe… semoga tak bikin gatal2 ya…. Jadi ingat saat mandi di kali saat berkemah SMA dulu… 
Untuk minum dan bahkan mencuci beras, mencuci buah dan sayur yang akan dimasak, kami menggunakan air aqua….
Jadi, wahai teman-temanku tersayang, bersyukurlah yang diberi Allah swt karunia berupa air yang bersih, jernih, lancar mengalir. Hematlah dalam menggunakannya dan jangan boros. Karena masih banyak saudara kita di belahan bumi yang lain (termasuk saya di sini….hiks!), air bersih sungguh-sungguh merupakan barang mewah yang tak sanggup terbeli..…karena -juga-tak ada yang jual air keliling…. 

RUMAH TAK BERPENGHUNI
Entah kenapa, di sekitar tempat tinggal kami di sini, banyak sekali rumah kosong tak berpenghuni. Rumah itu kondisinya ada yang hancur habis, setengah hancur atau dengan kerusakan sedikit, namun tetap terlihat seram karena tak terawat dan banyak tumbuhan liar memenuhi halaman bahkan merambat ke atap rumah.
Menurut kabar kabur, rumah itu adalah bekas rumah yang terkena tsunami dan pemiliknya -mungkin- sudah tidak ada lagi yang tersisa. Entah karena sudah meninggal tersapu tsunami atau entah belum sempat mengurusnya kembali. Memang lokasi tempat kami sekarang termasuk yang mengalami kerusakan parah saat tsunami menerjang 4 tahun yang lalu.
Adanya rumah kosong tak berpenghuni dan tak terurus itu, mau tak mau cukup menganggu karena selain kelihatan seram juga banyak dihuni binatang liar, semacam nyamuk, tikus dan kecoa.
Jadi, menurutmu, sebaiknya rumah itu digimanain ya?

WONG SOLO YANG KEHILANGAN JATI DIRI
Ini adalah sebuah tulisan tentang rumah makan Wong Solo. Saya dan suami termasuk salah dua orang yang suka dengan menu rumah makan Wong Solo. Dan betapa suka citanya kami saat menemui Wong Solo ternyata ada di Banda Aceh, tepatnya di Daud Beureuh. Terbayang ayam kampung bakar yang manis legit, dengan bumbunya yang khas lezat. Maka suatu malam, mampirlah kami untuk bersantap malam.
Warung itu terletak strategis di pinggir jalan dan ramai pengunjungnya. Bertambah semangat empat lima kami. Eh ternyata orang sini suka juga dengan cita rasa Wong Solo ya, gumanku dalam hati.
Kami pun memesan dua paket ayam bakar. Tak perlu menunggu lama, hidangan pun siap tersaji. Tapi…olala… eng ing eng… hm gak salah nih? Hanya tersenyum dalam hati, dari warna dan aromanya, ini bukan ayam Wong Solo, lebih tepatnya, ayam bakar Wong Solo yang sudah kehilangan jati diri, atau bermetamorfosis menyesuaikan diri dengan cita rasa lidah warga asli sini?
Apa pun itu… selamat buat warung Wong Solo yang tak pernah sepi pengunjung, yang telah berhasil bermetarmofosis menyesuaikan diri dengan lidah warga asli di sini…
Dan tiba-tiba bayangan ayam kampung bakar Wong Solo yang manis legit perlahan memudar… Kenyataan di depan mata, sepotong ayam negeri dengan rasa tak ada manis-manisnya… ditambah semangkuk kecil bumbu kari ayam, sambal, lalapan berupa seiris terong goreng… hehe… udah, sikat aja bleh… ^_^

CIBIUK
Lumayan, masih ketemu rumah makan sunda Cibiuk dengan cita rasa yang masih belum bermetamorfose…

KOMPOSTER
Ada sesuatu yang menarik perhatianku di tempat tinggal baru kami. Ya, di kanan kiri jalan, ada dua tong warna biru dengan ukuran yang lumayan besar, tertutup rapat dengan lubang udara yang terjaga. Sebuah tulisan tertempel di bak tersebut : KOMPOSTER
Tong biru kembar itu banyak kami temui di kanan kiri jalan. Tertata dengan rapi.
Hm… menurutku ini adalah satu kemajuan, mendorong rasa ingin tahu lebih lanjut… bagaimana kondisi komposter yang ada di daerah ini, bagaimana perilaku warganya ya… karena aku belum pernah melihat seorang warga membuang sampah organik ke komposter itu…

WANITA DAN PASAR ATJEH
Pasar yang cukup besar dan terletak di tengah kota . Barang yang dijual tak kalah dengan yang ada di ibukota. Baju-baju model terkini seperti yang biasa kita jumpai di tanah abang. Satu-satunya yang membedakan mungkin hanyalah harganya. Ya, di sini agak lebih mahal.
Jilbab-jilbab pun bertebaran dengan aneka corak dan warna. Semua barang yang ada tak ketinggalan. Benar-benar tak ubahnya kita memasuki pasar yang ada di wilayah ibukota. Hm… ternyata warga di sini tak pernah ketinggalan mode. Di jalan-jalan, di pertokoan, maupun di kafe-kafe, remaja dan ibu-ibu berdandan dengan modis, dengan kerudung melilit rapi, baju menutup aurat tapi tetap terlihat cantik.
Di sepanjang jalan, kulihat banyak salon khusus perempuan. Banyak juga butik-butik yang menjual aneka baju dan kerudung.
Aceh telah berbenah… perempuan Aceh yang dulu terkenal kuat, gagah dan tegar (jadi teringat film Cut Nyak Dien) kini tampil cantik dengan tetap menutup aurat.
Di jalan-jalan pun banyak perempuan yang naik motor dan menyetir mobil. Mandiri. Kulihat banyak juga anak-anak perempuan dengan seragam sekolah bertebaran di jalan di pagi hari, bergegas mengejar waktu…..

BELI TELOR
“Bang, beli telor setengah kilo,” kataku siang itu. Si abang tampak bengong. “Ya, Kak? Apa?!’ tanyanya tak mengerti. “Beli telor setengah kilo, Bang,” kataku agak keras, khawatir si abang tidak mendengar.
“Telor? Berapa biji?” tanyanya lagi. “Emang ada telor dijual kiloan? Di mana?” tanya si abang lagi dengan penuh keheranan.
Ups, aku yang gantian heran. “Baik, deh Bang, beli telor 8 biji, “ kataku lagi. Si abang dengan cekatan segera memasukkan 8 butir telor ke dalam kantong plastik.
“Hm, kalo mau beli beras, gimana Bang? Kiloan atau…?” tanyaku, takut salah.
“Oh, kalau beli beras per bambu,” jawab si abang, sambil memperlihatkan yang dimaksud dengan ukuran per bambu itu.
Ups, untung aja beli beras bukan perbiji. Lama banget ngitungnya, terus kapan masaknya?

AYAM LEPAS DAN AYAM TANGKAP
Entah apa maksudnya, di Banda Aceh aku melihat ada rumah makan yang bernama AYAM LEPAAS. Eh… masih di kota yang sama -hanya beda lokasi- ada juga rumah makan yang bernama AYAM TANGKAP. Hehehe…. Gak tahu apa maksudnya, yang pasti aku belum pernah mencoba keduanya… 

BECAK
Akhirnya…. siang itu terwujud sudah keinginanku untuk mencoba naik becak aceh. Ya, sebuah kendaraan angkut yang terdiri dari sebuah becak yang ‘diikatkan’ di samping motor.
Entah kenapa, becak itu ditarik motor. Apakah berat bagi tukang becak untuk menggayuh becak dari belakang dengan tenaga kaki atau untuk alasan kepraktisan? Yang pasti, karena ditarik dengan motor, si abang becak tak perlu terlalu capek, dan bagi si penumpang juga mendapat keuntungan, karena lebih banyak barang yang bisa diangkut dan jarak tempuh pun bisa lebih jauh. Bahkan becak motor itu bebas berlalu lalang di antara jalan utama, pasar dan di gang-gang sempit. Benar-benar membantu ibu-ibu yang pulang dari pasar dengan banyak belanjaan. Menggantikan peran bajaj dan ojek. Eh bahkan saya tak melihat satu pangkalan ojek pun di sini! Yang ada adalah becak yang ditarik motor, lalu lalang menawarkan jasa antar.
Siang itu saya pulang dari pasar dengan membawa 2 buah kasur busa, diikat di atas atap becak. Saya tersembunyi duduk di becak, tertutup kasur. Akibatnya, saya dan si abang sempat muter-muter mencari rumah kontrakan, kesasar-sasar nggak karuan… duh…. 

BAKSO CJDW
Sekitar jam setengah 2 siang, duduklah dengan tenang di ruang depan, maka akan lewat seorang abang bakso dengan bunyinya yang khas, ting ting ting! Ya itulah si abang bakso yang menulis rombongnya dengan tulisan “BAKSO CJDW” baca : bakso seje dewe yang artinya dalam bahasa jawa kira-kira : bakso beda sendiri (paling beda). Dari namanya, ketahuan kalo si abang bakso adalah seorang perantauan dari Jawa.
Tinggal di negeri yang mayoritas penduduknya adalah penduduk asli dengan bahasa yang tak kita mengerti, wajar kalau kehadiran orang setanah asal membuat kita cepat merasa akrab, serasa ada teman.
“Sampun dangu dateng mriki?” tanyaku.
“Nembe Mbak, dereng tahunan,” jawabnya.
“O, sampun saget bahasa aceh?” tanyaku lagi.
“Wah, bahasa Aceh susah Mbak, taksih luwih gampang belajar bahasa Inggris,” jawab si mas bakso itu gaya . 

Jumat, 08 Januari 2010

Malam yang Kelabu bagi Azzam, Anakku

Nak, kau hanya diam malam itu. Berdiri mematung diiring tatapan nanar. Kau hela nafas dalam, seakan ingin kau usir sebuah ganjalan yang tiba-tiba memenuhi rongga dada. Ada sebuah emosi manusiawi menyembul ingin keluar, tapi coba kau tahan. Bunda begitu mengerti perasaanmu. Tapi tak banyak yang bisa Bunda lakukan untukmu.

Nak, seandainya Bunda jadi kau, mungkin Bunda akan melakukan hal yang sama. Bunda tak menyalahkanmu. Inilah hidup yang sesungguhnya, Anakku. Semoga semakin mendewasakanmu.

Semua berawal dari adanya sebuah kegiatan baru, Bunda tawarkan apakah kau mau ikut ataukah tidak. Kau setuju ikut, dengan syarat bila ternyata akhirnya kau tak menyukainya, kau boleh keluar. Bunda setuju, Bunda tak akan memaksa kamu untuk melakukan hal-hal yang tak kau sukai. Karena toh ini bukan hal yang menurut Bunda prinsip. Hanya sekedar kegiatan , sebuah karya seni budaya.

Beberapa kali kau ikut, kau merasakan ini tak sesuai denganmu dan kau menyatakan mundur. Kebetulan kau mendapat bagian yang ternyata kau tak bisa enjoy menjalaninya (sebut saja kau mendapat bagian A). Dan Bunda pun mengabulkan permintaanmu untuk mundur. Tak apa bagi Bunda, yang penting kau sudah mau mencoba, jika ternyata tak cocok, ya apa boleh buat. Tak menjadi masalah buat Bunda, pun buatmu.

Lalu ponsel Bunda berdering. Oh, ternyata dari mama seorang temanmu. Mama temanmu ini mengatakan pada Bunda bahwa anaknya (sebut saja B) menyatakan bahwa ia ingin Azzam tetap ikut dan menawarkan posisinya padamu (sebut saja posisi B itu adalah C). Bunda bertanya, apakah itu betul keinginan B atau keinginan mamanya. Mama B menjawab bahwa itu adalah murni keinginan B. Berkali-kali Bunda mengatakan pada mama B, alangkah baik hatinya si B! Bunda mengucapkan terima kasih dan menjawab bahwa Bunda akan membicarakan denganmu dulu, apakah kamu akan menerima tawaran B ataukah menolaknya. Kau perlu waktu untuk memikirkannya, sampai akhirnya suatu sore kau mengatakan, ”Baik Bunda, aku mau!” senyummu mengembang cerah sore itu.

Akhirnya pada pertemuan berikutnya, kau bertukar posisi dengan B. Kau dalam posisi C dan B dalam posisi A. Bunda lihat kau begitu menyukai posisi barumu, begitu juga dengan B tampak antusias dengan posisi barunya.

Beberapa hari lagi adalah hari pementasan. Hari yang begitu kau nanti-nanti. Kau menghitung dan terus menghitung kapan hari pementasan itu akan tiba. Kau begitu berharap bisa tampil bersama dengan teman-temanmu. Bunda tahu, itu adalah saat yang begitu penting bagimu.

Lalu datanglan malam itu kau dengan Bunda. Teman-teman yang lain sudah datang. Bunda dan kau pun agak terkejut karena, tanpa ada pembicaraan sebelumnya, tiba-tiba B sudah berada pada posisi yang adalah posisimu. Sementara mama B, begitu tahu kau datang, malah langsung menawari posisi D, posisi yang sama sekali baru dan kau belum pernah latihan sebelumnya, padahal sebentar lagi pementasan akan dimulai. Sampai di sini Bunda tak mengerti apa maksud Mama B, apakah beliau sudah lupa dengan pembicaraan di telepon beberapa hari yang lalu, bahwa katanya B menawarkan posisi C itu padamu, katanya supaya Azzam ikut. Bahkan mama B pun mulai menawarkan posisi A, padahal Mama B sudah tahu bahwa kau tak mau posisi A atau posisi D dan memilih mengundurkan diri pada latihan sebelumnya. Bunda sungguh tak mengerti apa maksud ucapan dan tindakan Mama B. Apakah beliau tidak sadar bahwa tindakannya itu sudah menyakiti perasaanmu dan menghancurkan harapanmu akan hari yang sudah ditunggu-tunggu? Benar Nak, malam itu sesungguhnya Bunda pun amat kecewa dengan tindakan Mama B. Kalau B sendiri yang mungkin berubah pikiran, Bunda mengerti, karena dia masih anak-anak. Tapi kau pun juga masih anak-anak, dengan perasaan yang sama. Perasaan anak-anak. Oke, katakanlah B dan kau adalah anak-anak – juga anak-anak yang lain yang pada malam itu akan pentas-, tapi bukanlah Mama B dan Bunda bukan anak-anak? Tanpa ada pembicaraan apapun sebelumnya, Mama B maupun B sendiri seakan sudah lupa akan apa yang pernah dikatakannya di telepon. Bunda tahu hatimu terluka malam itu. Bunda juga tahu kau tak mau ribut. Anehnya lagi, Mama B tak mengatakan apa-apa padamu, misalnya minta maaf atau mengatakan bahwa B ingin pada posisinya semula atau apalah kata-kata yang sedikit menentramkanmu. Bukan itu, Mama B malah menawarkan posisi lain pada detik terakhir kalian akan pentas. Bunda sungguh tak tahu akan tindakan Mama B, apakah beliau benar-benar lupa, tidak peka atau pura-pura tak tahu? Bunda hanya merasa aneh. Bunda sungguh tak tahu apa yang ada di hati mama B malam itu, tapi Bunda amat tahu, hatimu sungguh hancur malam itu. Maafkan Bunda, Sayang... Seandainya Bunda tak menyampaikan telepon Mama B padamu, tentu malam itu Bunda tak harus melihat anak Bunda tersakiti hatinya, merasa tak dianggap, tak dihargai, merasa didzolimi... Bunda merasa bersalah padamu, Nak, maafkan Bunda sayang..... Tapi nasi sudah menjadi bubur, hati anak Bunda sudah pecah!

Bunda pun mengantarmu pulang. Sampai di rumah kau menangis dan menangis. Bunda amat tahu perasaanmu, Sayang. Kau punya perasaan yang peka. Kau tak mau membalas atau menyakiti hati orang lain. Bahkan kau tak berani meminta hak mu dari B. Kau hanya sedih dan kecewa dengan perilaku B dan mamanya, serta memilih pulang, membiarkan B bahagia dengan tindakannya. Kau memilih mengalah.....

Malam itu adalah malam yang kelabu bagimu, dan parahnya, ada andil Bunda di situ.... Bunda yang seharusnya bisa menjaga dan melindungimu....

Tapi tak apa, Nak... Bunda selalu percaya, pasti ada hikmah di balik peristiwa ini. Meski terasa menyakitkan, Allah pasti punya rencana yang lebih indah untuk kita semua. Malam itu Bunda ingin sekali mengobati hatimu.

Lalu Bunda bercerita, bahwa di tempat manapun di dunia ini, ada orang baik dan orang jahat. Ada orang yang menyenangkan dan ada juga orang yang menyakitkan. Bunda hanya ingin kau siap. Bahwa ada bermacam-macam tipe orang di muka bumi ini. Ada orang jahat yang hatinya benar-benar jahat. Ada orang yang hari ini bilang A besok bilang B atau orang yang tidak konsisten. Ada juga tipe orang yang suka menjilat ludahnya sendiri. Ada tipe orang yang suka mengingkari janji, Ada tipe orang yang kata-katanya seringkali menyakitkan. Ada orang yang sombong. Ada orang yang kelihatan baik di depan kita, namun di belakang dia sungguh jahat. Bunda ingin kau berhati-hati dan jangan terlalu kaget, kalau suatu ketika dalam rentang hidupmu kau menemukan atau bertemu dengan tipe orang-orang di atas.

Namun di balik itu, di dunia ini pun banyak orang-orang yang baik. Orang-orang yang akan menjadi sahabatmu, menjadi temanmu. Bunda yakinkan kau, bahwa suatu saat kau akan menemukan orang-orang baik ini. Bisa jadi dia akan menjadi teman SD, SMP, SMA atau teman kuliah, atau teman kerja atau teman lainnya. Bahkan mungkin saat ini kau sudah memilikinya. Bisa jadi dia adalah temanmu saat TK dan beberapa teman yang kini kau miliki. Pendeknya, suatu saat Insya Allah kau akan menemukan orang-orang baik ini. Yang akan menghiasi hidupmu dan mewarnai perjalananmu.

Bahwa apa yang baru saja kau alami malam itu adalah sebuah hal yang biasa dalam kehidupan. Bunda ingin kau siap dan kuat. Bahwa apa yang baru saja kau alami, belum seberapa dengan apa yang akan kau alami di kemudian hari. Bunda ingin kau siap dan kuat. Bunda ingin kau sabar dan tegar. Bunda ingin anak Bunda memiliki hati seluas samudera, yang ikhlas memaafkan orang lain.

Bunda tahu, malam ini menjadi malam yang kelabu bagimu. Tapi Bunda percaya, malam ini kau telah mendapat sebuah pelajaran berharga. Tentang kepekaan hati yang harus kau miliki. Rasa empati yang harus senantiasa kau asah. Malam ini kau sudah bisa merasakan sakit, jadi Bunda harap, kau tak akan melakukan hal yang sama. Minimal kau harus membicarakannya terlebih dahulu, hingga kau tak harus menyakiti orang lain.

Bunda akan selalu bersamamu, mendukungmu. Jangan takut menghadapi masa depanmu. Jadilah dirimu apa adanya, yang pasti kau harus senantiasa memperbaiki kualitas hati dan diri. Pendiam atau supel hanyalah pembawaan. Tidak selalu supel itu lebih baik dan pendiam itu lebih buruk. Tak selalu orang yang berpembawaan ekstrovet itu lebih baik dan yang introvet itu lebih buruk. Tak selalu orang yang pintar bergaul dan pintar berkata-kata –sehingga perkataannya sering memukau dan mengundang decak kagum orang- itu lebih baik, lebih lembut hatinya, lebih peka dan lebih berperasaan.

Jangan takut untuk menjadi dirimu sendiri... Yang penting adalah hatimu harus putih dan jauh dari titik-titik hitam yang membuatmu tak bisa mendengar kata hati dan bisik nurani.
Asahlah kepekaanmu untuk tidak menyakiti hati orang lain, entah dengan sikap atau perkataan, atau oleh janji-janji palsu. Janganlah seperti orang yang menjilat air ludahnya sendiri. Bersikaplah sportif dan jangan malu untuk mengakui kesalahan dan lebih dulu meminta maaf.

Mungkin tak selamanya Bunda bisa menemanimu, bisa bersamamu, bisa menjagamu. Genggamlah semua nasihat Bunda, semoga bisa menyirami, saat resah menghampiri, saat Bunda tak lagi ada di sisimu suatu hari nanti.....


Bintaro, 9 Januari 2010, 00:44 am