Kamis, 27 Mei 2010

Cinta yang Selalu Ada

Jelas aku melihat cinta itu ada
bukan di wajah jelita remaja putri berusia belasan
bukan di tubuh tegap pemuda usia belasan

Jelas kulihat cinta itu ada
dalam pelupuk mata senja
tubuh yang beranjak ringkih
memeluk dan mencium sang kekasih yang tergolek tak berdaya
dengan selang melumuri seluruh tubuhnya

Jelas... jelas kulihat cinta itu ada
melingkupi jiwa dengan sempurna
cinta sejati tak kan lekang oleh waktu
tak mati dimakan usia

Jelas kulihat cinta itu ada
saat sebuah tangan keriput mengelus sebuah nisan bertuliskan nama kekasih
sementara gundukan tanah masih begitu merah
begitu basah
oleh air mata

Jelas kulihat cinta itu ada
dan aku menangis karenanya

*Bunda Ainun habibie dalam kenangan, semoga mendapat tempat yg baik di sisi Allah swt. amin*

Padahal lagi asyik ngerjain pasien
tapi air mata itu tetap mengalir
untung pakai masker
jadi pasiennya tidak tahu...
^_^

Selasa, 25 Mei 2010

Sempurna

Perpaduan yang sempurna...

senja yang baru saja turun
hujan yang baru saja reda
kuntum melati yang baru saja mekar

benar-benar sebuah perpaduan sempurna
seperti mesin waktu
siap mengembalikanku
ke masa kecil yang penuh warna

tapi... oh
aku tak perlu kembali ke masa kecil itu
karena disinilah aku kini
melati itu nyata
kuhirup harumnya
merambat di tiang depan rumah
bunga yang kutanam bertahun yang lalu
kuncupnya banyak, segar dan subur
aku tersenyum

hari merambat memasuki awal juni
tapi hujan tetap setia menemani
harusnya musim kemarau kini

tapi sungguh
aku tak keberatan hujan turun

melatiku pun mekar
menyambut rintik terakhir
senja turun

anak-anak bersiap pulang dari les
kusambut di depan pintu
dengan sejumput cinta yang selalu ada

lihatlah wajah mereka
senyum cerah
tawa menghias bibirnya

atau kadang wajah mendung
tenang, bunda akan siap menampung

berkeluhlah Nak
ceriakah harimu hari ini?
sedihkah yang kau rasa?

ceritakan semua pada bunda
dan wajah kecil itu akan bersemangat
kadang masih dengan badan yang belepotan keringat
atau bau asem yang menyengat

atau...
kadang dengan mata berkaca
siap keluar sang air mata

lalu bunda besarkan hatimu
bahwa itulah warna dunia di luar sana
ada berbagai warna, berbagai rasa
kau harus siap, Nak

itulah dunia sesungguhnya yang akan kau hadapi
meski tanpa bunda di sisi
kau akan pahami
dan mengerti


semoga kau kuat
semoga kau tetap bersemangat

aanak-anakku tersayang

ada perpaduan yang sempurna
antara senja, hujan dan bunga
seperti bunda yang selalu tersenyum
bila melihat perpaduan yang sempurna itu
bagai lara yang terangkat sirna

kelak kau akan punya perpaduan sendiri
versimu sendiri
entah itu apa, Nak

apapun itu
semoga mampu mengubah warna hatimu
menjadi warna-warna ceria

yang kan mampu
hilangkan sedihmu
hilangkan gundahmu
mengangkat dukamu
membuang lara hatimu

dan kau pun akan kembali tersenyum

Kamis, 20 Mei 2010

Percakapan Santai

"Hayo ketahuan... Dokter mau jalan-jalan ya...." kata pasien itu langsung main tembak, sesaat setelah memasuki ruangan.

Sebagai sasaran -yang merasa- 'salah tembak' aku langsung memasang muka kebingungan.

"Jalan-jalan ke mana? Ah enggak... lho dari mana Bapak tahu?" jawabku kebingungan sambil tersenyum.

Wah jangan2 rencanaku ada yang bocor... bisa via fb atau blog. Atau... hm tahu dari mana ya bapak ini? Wah.. jangan2 dia ngikuti FB-ku... hehe GR, padahal perasaan aku tidak pernah nulis yang aneh2 di FB, juga rencana jalan2... wong emang lagi tidak ada rencana kemana-mana. Jadi?

"Yaa... kan dokter nanti malam tidak praktek...."

Ya ampun... itu to masalahnya... karena tidak praktek malam, sang pasien langsung mengkonotasikan dengan 'jalan-jalan'... hehe enak sekali ya... :)

Aku tersenyum, "Oo... iya mungkin setiap Kamis malam saya akan cuti praktek," jawabku. "Bukan buat jalan-jalan Pak, tapi saya ingin nemani anak-anak belajar... karena setiap malam dari Senin sampai Sabtu saya tinggal. Kasihan anak-anak..."

"Iya nih, kalau saya dan istri sibuk sekali, anak2 pasti keteter deh.. nilainya langsung anjlok..."

"Iya, bapak dan ibu kan kerjanya dari pagi sampai malam ya..." kataku.

Begitulah... pembicaraan mengenai anak, atau mengenai apa saja... sambil merawat anaknya yang duduk manis di dental unit, sambil asyik membaca majalah anak2.

***

Ini pembicaraan lain dengan seorang pasien, seorang ibu dua putra yang masih cantik dan langsing di usia hampir kepala empat.

"Tahu gini.... saya dulu ambil kuliah dokter gigi aja ya......"

Aku tersenyum, "Emang Ibu dulu kerja apa?"

"Sekretaris."

"Wah bagus itu Bu... Ibu pasti terbiasa ngatur segala sesuatu, rinci, teliti... hm..pantas ibu masih kelihatan cantik dan langsing..."

"Saya kan keluar dari kantor Dok, disuruh suami ngurus anak saja... Kalau dokter kan enak, waktunya lebih fleksibel dan bisa diatur sendiri... "

"Iya, kalau sekretaris harus selalu stand by di kantor ya Bu..."

"Sekarang jadi sekretaris bapak aja Bu..."

"Iya emang saya sekarang jadi sekretarisnya suami...hehe..."

***

Sebuah percakapan yang lain. Saat aku lagi asyik merawat anaknya, sang bapak tampak membaca majalah kesehatan sambil matanya sesekali melihat iklan di tv.

"Dokter tahu nggak, kenapa banyak sekali iklan kecantikan di tv?" tanyanya tiba-tiba.

Jujur aku tidak siap menjawab, lagi konsentrasi membersihkan polip di gigi putri kecilnya.

"Kenapa ya? Wah saya tidak tahu..." jawabku.

"Ya karena perempuan itu tidak percaya diri. Inginnya kelihatan cantik di depan laki-laki. Biar kelihatan cantik, segala usaha dilakukan..." jelasnya.

"Terus kalo laki-laki... tidak perlu tampil cakep di depan perempuan ya Pak?" tanyaku, ingin tahu jawabannya.

"Nggak perlulah... yang penting duitnya banyak... haha" jawabnya sambil tertawa. Aku ikut tersenyum. Mungkin benar juga...

Rabu, 19 Mei 2010

HIPNOTERAPI

Mas Azzam, mulai besok dan seterusnya...
Mas Azzam jadi anak yang baik ya... mau berteman dengan siapa saja, sayang sama teman, bersikap sopan pada teman, mau menolong dan membantu teman ya Nak...

Mas Azzam, mulai besok dan seterusnya...
Mas Azzam kalau di kelas harus memperhatikan dan mendengarkan kata-kata guru yang mengajar ya Nak.. aktif bertanya dan menjawab pertanyaan kalau guru bertanya...

Mas Azzam, mulai besok dan seterusnya......
Mas Azzam harus mau memaafkan kesalahan orang lain, sopan dalam bicara dan bertindak, suka tersenyum dan ramah ya Nak...

Mas Azzam, umi ingin Mas Azzam menjadi anak yang sayang sama umi, abi, dik Amil dan sayang sama semuanya....
Umi dan abi sangat sayang sama Mas Azzam....

kurang lebih begitulah kata-kata yang coba aku ulang tiap hari... saat sulungku baru saja terlelap...
aku ulang-ulang untuk beberapa hari
mencoba terapi hipnoterapi yang konon bisa memperbaiki perilaku seseorang
karena masuk melalui alam bawah sadar
saat baru saja tertidur atau saat ia terjaga dan sedang melakukan aktivitas yang paling disukainya

hal yang sama coba aku lakukan pada si kecil...

Aku sesungguhnya lebih percaya bahwa kata-kata seorang ibu kepada anaknya adalah sebuah doa
doa yang selalu diulang-ulang
sehingga Allah mengabulkan doa itu
menjadi sebuah kenyataan

ya, karena setiap kata-kata seorang ibu adalah doa yang baik bagi anaknya

sebagai seorang ibu, aku harus selalu belajar untuk mengatakan hal2 positif
karena kata-kata positif akan mengalirkan energi positif
sebaliknya kata-kata negatif akan mengalirkan energi negatif

jadi... mari belajar dan terus belajar.... :)

Selasa, 18 Mei 2010

ADAPTASI

Anakku yang sangat aku sayangi, Azzam, malam itu pulang dari tempat les dengan muka mendung. Duh, ada apa Nak? Aku bersiap mendengar segala ceritanya, ya, karena ini adalah hari pertama ia berada di tempat kursus Bahasa Inggris yang baru. Atas sepertujuan dia, atas permintaan dia sendiri.

Sebelumnya Azzam les Inggris di lembaga yang sama, tapi beda cabang. Berhubung di cabang yg dekat rumah tak ada teman yang kenal (tak ada teman sekolahan) maka ia memutuskan pindah ke cabang yang dekat dengan sekolahnya. Di cabang itu, ada teman sekelasnya, meski beda level. Azzam sudah di level YAC 4, sementara temannya di level YAC 1. Kata Azzam tak apa, karena sebelum masuk dan pas pulangnya masih bisa ketemu. Aku sih menurut saja apa kata anakku, yang penting dia happy dan senang, aku turuti aja.

Ya, begitulah... akhirnya sore ini Azzam memulai harinya yang baru. Sebelumnya aku sudah menghubungi tempat les yang baru, bertanya mengenai jumlah murid, komposisi laki-laki dan perempuan serta rata2 usia peserta les. Aku bilang ke Azzam, ada 10 murid perempuan dan enam laki-laki. rata2 usia SD dan SMP, gimana Mas? Azzam setuju, mengangguk, tak masalah. "Benar Nak, kamu setuju?" ulangku lagi. Maksudku kalau Azzam merasa tak nyaman dengan teman2nya yg baru, ya tidak apa2, tidak perlu dipaksakan.

Karena Azzam sudah setuju, akhirnya aku siapkan uang kursus dan sore itu Azzam diantar Oom Wawan, karena aku sedang ada pengajian di rumah. Sebenarnya Azzam ingin uminya yang antar, tapi aku yakinkan dia, bahwa tadi aku sudah nelpon tempat kursusnya, jadi Azzam tinggal datang dan menyebutkan nama. karena Azzam bingung kakau disuruh menjelaskan dan lain sebagainya.

Sebenarnya aku juga sudah bersiap-siap mendengar cerita Azzam, tentang hari pertama lesnya. Tenyang gurunya, tentang teman2nya. Tentang ada warung tidak di tempat lesnya, tentang perasaannya.

Begitu melihat wajah Azzam, aku merasa something wrong. Ada kilat di matanya, duh jangan nangis, Nak.

"Kenapa sayang? Bagaimana lesnya, ketemu Fakhri tidak?" tanyaku.

"Teman-teman les yang sekarang kurang menghargai orang, Mi...." lapornya.

"Maksudnya apa? Kamu dicuekin? Kan belum kenal, Nak... itu biasa... nanti kalau sudah kenal Insya Allah ya enggaklah..." kataku.

"Gurunya gimana? Cuek tidak?"

"Ya enggak sih..."

Sedikit banyak aku paham bagaimana perasaan Azzam, juga sikap teman-temannya. Azzam adalah anak baru, sementara 16 orang teman2nya yang lain adalah anak lama, jadi sudah saling kenal dan akrab, apalagi kalo ada teman satu sekolahan.

"Mereka hanya mau main sama temannya aja..." kata Azzam sedih.

Aku ikut sedih juga. "Nggak papa Mas... tujuan Mas Azzam les kan ingin dapat ilmu, kalau ternyata dapat teman baik, itu bonusnya. Mas Azzam belajar yang rajin ya, memperhatikan guru... nanti kalau Mas Azzam smart nanti akan banyak teman juga. Ingat kata Umi, orang baik akan dapat teman yang baik juga. Yang penting Mas Azzam tetap baik sama teman yang lainnya ya..."

"Ada juga teman yang dipojokin, Mi... satu orang?"

"Siapa? Bukan Mas Azzam kan..."

"Bukanlah..."

"Kenapa dipojokin? Apa anaknya nakal? Anaknya baik nggak?"

"Baik sih kayaknya nggak nakal..."

"Ya udah Mas Azzam temenan sama dia aja... nggak papa... Tapi Mas Azzam hebat lho... berani sendiri... itu namanya penyesuaian Mas, adaptasi. Itulah dunia yang sesungguhnya Mas, keras. Kalau di BM kan Mas Azzam sudah kenal semua, banyak anak yang baik karena kan semua muslim dan tahu agama. Kalau di luar macam-macam Mas. Mereka berasal dari sekolah yang bermacam-macam. Jadi ya sifatnya juga bermacam-macam. Kalau di les privat relatif baik, anaknya sopan2 juga karena kebanyakan dari sekolah yang baik. Sabar ya Nak?"

Hm... dalam hati aku tidak mau memaksa... sambil kulihat2 dulu untuk beberapa pertemua ke depan... kalau sepertinya Azzam sullit menyesuaikan dengan lingkungannya yang baru, baik tak apa bila ia berhenti. Dulu pernah ia sampai nangis karena tak bisa adaptasi dengan lingkungan les yang baru, di mana setelah cuti beberapa bulan, ia ketinggalan kelas dengan teman2nya semula. Ketika ia masuk, level Azzam biasanya anak usia SMP dengan percakapan dan gurauan yang menurut Azzam tak nyaman. Aku tak bisa memaksa Azzam untuk masuk level pergaulan yang belum usianya... takut malah nanti ia jadi stress. Aku kembalikan diriku, bila dipaksa memasuki lingkungan yang aku tak nyaman... aku pun tak akan memaksakan diri...

Hm... begitulah problemku... gampang2 susah cari tempat kursus buat anak...
Sayang tak ada tetangga yang kursus di tempat ini, tak ada juga teman sekolah Azzam... Azzam dan Amil yang rajin kursus kumon, ILP, sakamoto, robotic... sementara tak ada tetangga atau teman sekolah anak2 karena rumah kami relatif jauh dari sekolah...

Kehadiran teman -seperti yang diharapkan- mungkin bisa memperbesar semangat menimba ilmu... sebaliknya kehadiran teman yang tak seperti yang diharapkan bisa mematahkan semangat menimba ilmu... waduh bagaimana ini?

Tentu aku tak ingin semangat anak2ku padam hanya gara2 masalah teman dan pola pergaulan yg membuat dia tak nyaman...
Pun aku tak ingin anak2ku stress gara2 aku terlalu memaksa... jadi? Ya udah Nak, bila masih bisa, jalani aja... semoga keadaannya akan membaik nantinya...

Tetap semangat menuntut ilmu... selamat berjuang anak2ku tersayang... :)

Love much from Umi

IBU, AKU INGIN KAU TAHU...

Dia adalah sahabatku... ya dulu dia adalah sahabatku. Waktu dan jarak yang membentang di antara kami, mungkin cukup lebar dan lama. Entah berapa tahun aku tak bertemu dengannya, hingga di sebuah pagi, aku melihat sosok yang tak asing bagiku. Aku sungguh senang bertemu dengannya... Melihat keadaannya yang masih sama seperti dulu, cuek, apa adanya dan sedikit keras kepala (untuk hal yang positif tentunya).

Percakapan kami pun berlanjut... biasa ibu-ibu... tak jauh dari cerita tentang anak-anak, suami dan masakan. Tapi aku sungguh sedih saat ia mengeluh tentang anaknya yang mulai beranjak dewasa. Apalagi setelah pertemuan kami itu, esoknya ada sahabatku yang lain yang menceritakan keadaannya.

Ya, setahuku dia memang keras dan apa adanya. Tapi aku tak menduga ia bersikap sangat kaku dan berkesan memusuhi putrinya yang beranjak remaja. Mungkinn ia melakukan untuk kebaikan putrinya, caranya yang kurang tepat atau entah apa... tapi kukira tak harus sekaku itu. Kukira ini hanyalah miss komunikasi... tapi bila tak segera diluruskan, tak cepat dibenahi, pasti akan menimbulkan kebencian di hati sang putri, juga akan melukai hati sang umi (sahabatku).

Aku memang belum berpengalaman punya anak yang beranjak remaja, mengalami masa puber. tapi setidaknya aku dulu, dulu sekali pun pernah mengalami masa-masa itu. Masa yang pencarian jati diri. masa yang penuh gejolak, ketertarikan terhadap lawan jenis, ketertarikan terhadap semua hal yang baru dan menarik. Aku ingin sekali menjadi tempat curhat anak-anak dan bisa mendampingi anak-anakku melewati masa itu. Bukan malah memusuhinya, bukan bahkan mengekangnya. Bisakah? Mungkin aku harus lebih banyak belajar dan belajar. Banyak membaca buku atau mengikuti seminar-seminar tentang perkembangan anak.

"Ada pamannya yang pinter musik, nah anaknya suka ngobrol tentang musik, eh uminya marah-marah sampai akhurnya pamannya tidak datang-datang lagi ke rumah," kata sahabatku yang lain.

Aku tertegun. Ingat beberapa bulan yang lalu aku membelikan dua gitar buat anak-anakku. Bahkan aku menyemangati anak-anakku untuk les gitar. Aku pikir, musik baik buat keseimbangan hidup mereka, asal berada di jalur yang benar. Bermusik dalam rangka ibadah dan meningkatkan ketakwaan. Dengan lagu-lagu religi atau pun nasyid, kukira itu tidak salah. Tapi mungkin sahabatku mempunyai pertimbangan sendiri yang juga harus aku hargai. Tapi di sisi lain, aku merasa kasihan pada anak sahabatku, lama-lama dia bisa tertekan dengan pola asuh yang keras dari uminya.

"Ibu itu bilang kalau sebenarnya dia paling tidak suka memegang tangan anaknya, nanti jadi manja." Uff..... sejauh itukah? Jangankan menggandeng, sampai kini anak-anakku masih sering minta dipeluk, bangun tidur tengah malam suka memanggil namaku. Sering aku bertanya ke mereka, "Nanti Mas azzan dan dik Amil, kalau sudah besar, masih mau dipeluk umi nggak?Masih mau dicium umi nggak?" Dan mereka akan menjawab serempak, "Ya maulah... tapi jangan di depan umum ya Mi, kan malu..."

Memang kuakui sering anak-anak berbeda pendapat denganku. Tapi aku selalu berusaha untuk meluangkan waktu mendengarkan curhat mereka dulu. Apa yang diinginkan dan mengapa mereka menginginkan. Baru aku jelaskan, mengapa ini boleh mengapa ini tidak boleh. Pun selalu aku tekankan aku sayang pada mereka. Bahwa kami sebagai orang tua akan mendukung apaun asal demi kebaikan mereka kelak. Susah payah dan tak henti-hentinya aku mencoba menjelaskan dengan bahasa mereka. Bahwa mereka butuh berjuang dan berusaha sekuat tenaga. Dan itu berarti agak sedikit mengurangi waktu main dan waktu senggang. Tapi mereka akan memperoleh hasil yang jauh lebih nikmat, jauh lebih menguntungkan. Selalu aku tekankan, bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian. Bukan bersenang-senang dahulu, menderita kemudian. Sudah banyak contoh nyata yang bisa dilihat anak-anak.

"Dulu waktu kecil, umi juga susah Nak, belajar dan menghafal pelajaran, sementara teman-teman yang lain main. Tapi kan bisa dilihat hasilnya sekarang?"

"Sekarang Mas Azzam dan dik Amil bersusah-susah belajar dan les ini itu, sementara teman-teman kalian main. Nanti kalian akan melihat hasilnya, Nak. Akan merasakan manfaatnya... Coba sekarang, kamu sudah hafal perkalian dan soal-soal olimpiade yang sulit. Belum tentu temannya mas Azzam itu bisa kan?" kataku sambil menyebutkan nama temannya yang seusia. "Perkalian aja dia belum hafal Mi, orang kerjanya main mulu..." jawab Azzam. Di samping itu, tak lupa aku selalu menekankan pada Azzam untuk selalu bersikap rendah hati dan tidak boleh sombong.

"Terus jaman kalian nanti sulit Nak, harus bersaing untuk masuk perguruan tinggi. Misalnya yang daftar 5.000 orang sementara yang diterima cuma 200 orang. Jadi satu banding 25, artinya apa? Artinya Mas Azzam bersaing dengan 25 orang, hanya satu yang nilainya tertinggi yang masuk. Jadi diantara 25 orang yang ujian itu, Mas Azzam yang masuk, Mas Azzam harus mengalahkan 24 orang yang lain. Artinya apa? Artinya Mas Azzam harus mempunyai kepandaian dan pengetahuan di atas rata-rata... mengerti Nak?"

"Umi dulu juga begitu?"

"Ya, umi dan abi dulu juga begitu.... bersaing dengan anak-anak yang juga ingin kuliah. Tapi sekarang persaingannya lebih berat. Umi ingin anak-anak umi mampu bersaing... karena itu kalian harus rajin belajar, rajin latihan, ikut les... supaya mempunyai pengetahuan di atas rata-rata anak yang lain..."

"Tapi tetap ada waktu main kan?"

"Ya iyalah... kalian boleh main, asal jangan lupa belajar...jangan lupa waktu"

"Umi tidak ingin anak-anak umi nantinya hidupnya susah, susah cari kerja... kalau kalian pandai, kalian akan mempunyai pekerjaan yang baik, banyak uang, bisa beramal sholeh, bisa membantu orang lain.... karena tidak selamanya umi akan bersama kalian, jadi umi harus membekali kalian dengan ilmu dan iman yang baik, Nak..."

"Bila ingin sukses di dunia, cari dan kuasailah ilmu dunia. Bila ingin sukses di akherat, cari dan kuasailah ilmu akherat. Bila ingin sukses di dunia dan akherat, cari dan pelajarilah kedua-duanya... ilmu dunia dan akherat...."

" Janganlah kamu meninggalkan anak-anakmu dalam keadaan lemah..."

"Muslim yang kuat lebih disukai Allah dari pada muslim yang lemah..."

Ya.. aku ingin meninggalkan anak-anak dalam keadaan yang kuat, kuat secara iman, ilmu dan materi... juga kaya hati.... karena semua itu tak akan berarti apa-apa kalau tak disertai dengan kaya hati dan empati....

Aku ingin selalu menjadi sahabat anak-anakku... mendengar curhat mereka, mengetahui apa yang mereka inginkan... dan mendampingi mereka menyambut masa depannya...

Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi keluarga kecil kami.... amiin

Juga bagi keluarga sahabatku.... semoga Allah memberikan pencerahan, kasih sayang dan cinta-Nya... amiin ya Robbal 'alamiin

Sabtu, 15 Mei 2010

LIBURAN

Hari-hari ini... hari yang penuh dengan persiapan. Hm... persiapan ujian, juga persiapan liburan. Ujian anak-anak sudah di ambang pintu, kurang dua pekan lagi. Tepatnya tanggal 31 Mei sampai 4 Juni ujian tulis, dilanjutkan tanggal 7 sampai 11 Juni ujian praktek. Selain menyiapkan materi ujian untuk anak-anak, aku juga harus siap-siap mencari dokter pengganti. Ya, seperti biasa, kalau anak-anak ujian... aku juga libur praktek karena ganti profesi jadi guru les privat yang super galak...hehehe.

Jadi apa acara selanjutnya? Setelah anak-anak menerima raport?

Hm.. apalagi kalau bukan acara yang ditunggu-tunggu... yaitu liburan! Liburan identik dengan acara santai-santai. Bangun siang, tidak mandi (baca : susah banget disuruh mandi), menghabiskan waktu seharian di depan tv atau main game online. Duh..duh... kepalaku sudah nyut-nyutan membayangkan itu semua. Aku tidak yakin bisa terus mengawasi anak-anak... jadi polisi yang super galak... bisa tekanan darah tinggi.

Bukannya aku tak mengijinkan anak-anak bersantai dan bergembira. Meninggalkan rutinitas yang mebuat stress. Oh tidak... aku hanya ingin anak-anak mengisi liburannya dengan kegiatan yang menyenangkan, bermanfaat dan tidak sia-sia. Ok, kalau ditanya prioritas pertama, kegiatan itu harus yang menyenangkan, tidak membuat anak bete. Tapi tidak berarti kegiatan yang menyenangkan itu harus sia-sia dan membuat otak anak berhenti kan? Boleh menonton tv, tapi pilih acara yang bagus. Boleh main game online, tapi harus ingat waktu.

So? Jadi?

Kulihat kalender, ada sekitar tiga-empat minggu yang bisa digunakan untuk liburan. Minggu pertama, masih ada beberapa kegiatan di sekolah sampai menerima raport. Pekan kedua aku ingin mengirim anak-anak liburan ke Semarang, ke rumah neneknya. Pekan ketiga, tepatnya tanggal 27 Juni sampai 1 Juli aku ingin mengikutkan anak-anak home stay di Bandung, mengikuti acara yang digelar mahasiswa dari masjid Salman, ITB. Pekan terakhir dihabiskan di rumah. Kebetulan creative kids (tempat anak-anak kursus sakamoto an robotic) juga mengadakan acara mengisi liburan. Selebihnya mungkin aku akan mengajak anak-anak berenang, jalan-jalan ke Ragunan, reuni dengan teman2 SMA... ke toko buku... hm... apa lagi ya?

Lalu liburan ini anak-anak mau berhenti les dulu atau bagaimana ya? Sayang juga kalau berhenti... kalau tidak, ya mungkin banyak gak masuknya... jadi gimana?

Ya udah tanya sama anaknya aja, mau lanjut atau mau berhenti sebulan dulu...

Oya, anak-anak sih semangat banget ikut home stay.. aku juga mengemangati mereka untuk mandiri... ya, aku ingin anak-anakku jadi anak yang mandiri, kuat, tidak cengeng dan fight. Tapi kayaknya bapaknya masih belum tega... duh.. gimana ya?

PELABUHAN KEDUA

Ini adalah kisah sahabatku, sebut saja namanya Mandira. Ia adalah seorang janda dengan dua anak usia sekolah dasar. Setengah tahun yang lalu, ia mengikhlaskan suaminya memilih cinta kedua, yang hadir secara tiba-tiba dalam pernikahannya yang hampir berumur delapan tahun. Ia pernah menangisi perceraian yang terasa begitu menyakitkan. Dia pernah tersungkur dan tenggelam dalam air mata. Dia pernah merasakan pedihnya dikhianati. Dia... dia yang memilih bertahan dan melanjutkan hidupnya. Dia adalah wanita yang tegar dalam satu sisi, tapi rapuh dalam sisi lainnya.

Ibunya meninggal tak lama setelah sang suami menjatuhkan talak di pengadilan. Sahabatku kembali berduka. Tapi dia tidak menangis untuk kehilangan kali ini. Aku tak berani bertanya, apakah air matanya telah mengering, ataukah karena ia teramat tabah dan tegar. Dia tersenyum tipis saat orang-orang datang melayat dan mengucapkan turut berbela sungkawa. Aku tak berani mengartikan senyumnya. Apakah senyum ketegaran ataukah kepedihan. Aku bahkan tak berani terlalu lama memandang wajahnya. Tak jua berusaha mencari sisa-sisa air mata yang mungkin masih terlihat di sudut matanya. Tidak, aku tak berani melakukan semua itu. Bahkan sekedar menebak isi hatinya yang sesungguhnya. Aku hanya tahu satu hal. Kehilangan orang yang kita cintai sungguh satu peristiwa yang menyayat hati. Mungkin kita bisa sembunyi di balik senyum di bibir, tapi mata adalah jendela hati. Yang tak mudah dibohongi.

"Aku baru saja memutuskan satu hal..." dia tersenyum sambil setengah berbisik.

Mata kecilku melebar, "Apa?" hm selalu saja ingin tahu.

"Ada brondong yang sudah beberapa bulan terakhir ini coba mendekati. ia sudah mengenalkanku pada keluarganya, juga sudah mengatakan ingin menikah dan berumah tangga denganku..." ia berhenti, seulas senyum cerah menghiasi bibirnya.

"Lalu?" hm selalu saja tak sabar. "Anak-anak bagaimana?"

"Cukup dekat sih sama anak-anak. Tapi... aku bukan gadis belasan tahun lagi. Aku tidak mengutamakan fisik atau yang lainnya. Yang penting bisa menerima aku satu paket, sayang dan tidak perhitungan..."

"Maksudnya?"

"Ya .... gitu deh, mau sih antar pergi kerja.... tapi kalau beli bensin selalu minta dibayarin, pulsa minta dibeliin..... hm... ABCD.."

"Apaan ABCD....??"

"Aduuh Boo... Capek...Deh..."

"Haha... terus gimana?"

"Ya aku putusin aja..."

"Emang kamu gak cinta sama dia?"

"Enggak, aku nggak pakai perasaan... aku lebih lihat kesungguhannya, tanggung jawabnya..."

"Jadi kalau misalnya dia benar-benar tulus, sayang kamu dan anak-anak, terus dia tidak perhitungan dan tidak selalu minta dibayarin... pun bertanggung jawab, kira-kira kamu mau nikah sama dia, meski misalnya saat itu kamu tidak ada rasa cinta...??"

"Hm... ya begitulah, cinta bisa menyusul... bisa tumbuh seiring waktu..."

"Ya... itu benar. Karena kita bukan gadis lagi, bisa berpikir lebih dewasa dan bijaksana..."

"Aku hanya tak ingin jatuh pada lubang yang sama, tak ingin jatuh pada kesalahan yang sama..."

Aku sungguh salut pada sahabatku ini. Begitulah hidup... tak ada yang abadi. Seseorang yang dulu amat kita cintai dan mencintai kita, tiba-tiba bisa menjadi sosok yang asing. Cinta bisa hilang. Kasih sayang bisa melayang. Cinta bisa tumbuh, bisa juga mati... bahkan berubah jadi benci.

Tiba-tiba aku ingat suamiku... ingat anak-anak... Ya Rabb yang Maha Cinta... jagalah cinta itu agar terus tumbuh dan tumbuh di hati kami....

Bintaro, 15 Mei 2010

Rabu, 12 Mei 2010

PAM CERIA (2)

PAM Ceria tahun ini, aku sempat bingung, mau ikut atau tidak. Ya, tentu semua dengan pertimbangan tertentu. Sebenarnya aku ingin ikut, karena aku ingin membantu mengawasi dan mengobati peserta bila ada yang terluka atau sakit. Tapi bila aku ikut, aku khawatir, anak-anakku yang ikut berkemah akan tergantung padaku dan tidak mandiri. Tahun lalu ketika camping di Ragunan, Amil yang saat itu masih kelas 2 SD, bolak-balik mengintip tenda P3K untuk memantau keberadaanku. Memang sih, setelah diberi pengertian oleh seorang guru, akhirnya Amil bisa bersikap biasa dan tidak sebentar-sebentar menjenguk tenda P3K. Seperti orang tua yang lain, tentu aku ingin anak-anak bisa mandiri dan belajar melihat hidup dari sisi yang lain. Itulah hikmah yang aku ingin anak-anak bisa mendapatkannya dari acara camping kali ini. Bahwa hidup tak selalu berjalan mulus, bahwa mereka tak selalu mudah memperoleh apa yang menjadi keinginannya. Bahwa ada kalanya kita harus mampu hidup susah dan apa adanya. Tak ada kasur empuk lengkap dengan pendingin ruangan, tak ada si mbak yang bisa dimintai tolong mengambilkan sesuatu. Semua harus dikerjakan sendiri. Belajar melakukan semua sendiri dan -tentu saja- bekerja sama dalam satu kelompok.

Akhirnya aku berkonsultasi dengan seorang guru. Alhamdulilah berkat masukan beliau, aku merasa mantap untuk ikut. Intinya dari rumah anak-anak sudah disiapkan bahwa nanti di arena camping, bapak dan ibu mentor adalah pengganti orang tua di rumah. Sementara keberadaan aku di sana bukan sebagai ibu mereka, tapi sebagai tenaga medis yang membantu merawat peserta camping bila ada yang sakit dan terluka. Sepertinya anak-anak bisa mengerti. Aku tekankan juga, kalau ada apa-apa harus lapor sama mentor, kalau mau pergi juga harus ijin mentor. Kurasa anak-anak bisa mengerti dan paham.

Maka tibalah saat mempersiapkan peralatan yang akan dibawa. Setelah semua terkumpul, aku mulai menulis nama dan anak-anak dengan antusias menempelkan nama itu ke bendanya masing2 menggunakan selotif bening. ”Syamil body wash..... haha” kata Amil sambil mengacungkan body wash yg berganti merk menjadi Syamil body wash.

”Azzam tepung bumbu..hehe,” si kakak tak mau kalah. Begitulah, acara tempel menempel cukup heboh. Lalu dilanjutkan dengan packing. Anak-anak kuminta memasukkan sendiri barang-anak yang akan dibawa ke dalam tas, supaya mereka tidak kebingungan bila akan menggunakan. Dan akhirnya .... berakhirlah acara packing malam itu. Si kakak menghasilkan satu tas peralatan pribadi, satu tas snack dan satu tas besar berisi karpet dan tikar. Si adik menghasilkan satu tas keperluan pribadi, satu ember berisi snack dan sebuah tongkat pramuka. Setelah menaruh barang-barang di ruang depan, anak-anak bersiap tidur dan masuk ke kamarnya.

Paginya, alhamdulillah anak-anak gampang dibangunkan. Setelah bersiap dan sarapan, tepat pukul setengah tujuh, kami berangkat ke sekolah. Sampai di sekolah, sudah ada beberapa anak dan guru yang datang. Lalu peserta berangkat ke TKP setelah tak lupa berdoa bersama semoga acara perkemahan dapat berjalan dengan lancar, semua peserta dapat menjalankan semua kegiatan dengan selamat dan semoga acara perkemahan ini bermanfaat.

Wah... sampai di TKP peserta tampak asyik menghias tenda. Sebagian ada yang sibuk memasak. Tercium wangi telor dadar yang membuat perut melilit kelaparan. Juga aneka masakan dari tempe. Oh... ternyata para peserta sedang mempersiapkan lomba memasak.

Tibalah saatnya aku bersama Bu Lia, menyisir. Ups..... bukan menyisir rambut lho... tapi keliling arena, mendatangi satu per satu tenda, menanyakan apa ada yang sakit atau tidak serta memberitahu letak tenda P3K. Kalau ada peserta yang butuh pertolongan, segera menghubungi atau datang ke tenda P3K. Wah... tampaknya semua peserta baik-baik saja. Wajah-wajah mungil yang ceria tampak asyik menghias tenda. Melilit kertas berwarna-warni, menempel, menghias dengan spidol timbul, menghias tenda dengan ikatan ilalang... dan bermacam-macam ragam hiasan yang lain. Begitu kreatif dan indah.

Ketika aku berjalan ke tenda berikutnya, tiba-tiba terdengar seorang anak menangis kesakitan. Kuhampiri si kecil yang menangis sambil terduduk. Ya Allah, kulihat darah mengalir dari mulutnya. Segera kugendong dan kubawa ke tenda P3K. Ternyata berat juga, untung ada bapak guru yang menggantikan menggendong. Ternyata dia terjatuh, tak melihat ada tali tenda. Untung jatuhnya di rumput, jadi lukanya tidak terlalu parah. Segera kubersihkan dan kutekan daerah yang luka. Kulihat bibir bawah bagian dalam luka, mungkin terantuk gigi. Ada sedikit darah mengalir dari hidung. Aku berusaha menghentikan perdarahan dan menenangkannya.

”Tidak apa-apa Sayang, sebentar lagi Insya Allah sembuh. Tuh.. darahnya sudah berhenti. Sakit sedikit ya... sabar ya Sayang.....” kataku coba menenangkan.

Alhamdulillah tak lama kemudian darahnya sudah berhenti. ”Ganti baju ya, Nak... biar diambilkan sama temannya...” usulku. Aku khawatir kalau dia melihat bekas darah yang ada di bajunya, dia akan takut lagi.

Perdarahan pada bibir bagian dalam memang sering dialami anak-anak yang jatuh. Penyebab salah satunya adalah karena terantuk dengan gigi, kadang disertai dengan gigi goyang pada daerah luka. Darah yang keluar biasanya cukup banyak, hal inilah yang membuat anak atau orang tua takut karena melihat darah yang cukup banyak. Pertolongan pertama, ambil kapas untuk menghentikan perdarahan dan menenangkan korban. Lalu mengolesi daerah luka dengan antiseptik (betadine). Biasanya tak lama kemudian darah akan berhenti total dan rasa sakit mulai berkurang.

Tak lama kemudian datang beberapa anak dengan keluhan yang sama. Beberapa bagian tubuhnya bentol-bentol. Kulihat ada yang di punggung tangan, seluruh tangan, kaki, perut, leher, punggung dan lain-lain. Melihat bentuk bentolnya yang menyebar, kemerahan, gatal, dan semakin bertambah banyak... bisa dipastikan itu adalah sebuah bentuk alergi. Bisa terkena ulat atau serangga. Tidak perlu khawatir dan panik. Segera olesi daerah yang bentol dengan lotion anti alergi. Bila bentolnya banyak, bisa ditambah dengan minum obat anti alergi. Alhamdulillah tak lama kemudian bentol-bentol mulai mereda dan rasa gatalnya juga mulai menghilang.

Setelah itu, ada juga beberapa anak yang datang dengan keluhan sesak nafas karena terhirup asap saat memasak.

Namanya juga kegiatan out door, jadi kurasa wajar kalau ada yang terluka ataupun keluhan lainnya. Yang penting kita sudah menyiapkan segala sesuatunya. Ya, memang tak harus sempurna. Kurasa tidak apa-apa sekali-kali anak-anak kita berkegiatan di luar, dengan segala tantangan, kesusahan dan kesulitannya.

Siang menjelang. Tenda terasa panas, akhirnya kami menggeser tenda ke tempat yang lebih teduh. Karena kasihan anak-anak yang menginap di tenda P3K kalau tendanya panas dan tidak nyaman. Menjelang jam tiga sore, terik matahari yang tadinya terasa membakar mulai meredup. Awan mulai datang, semakin lama semakin tebal dan hitam. Rintik pertama jatuh, dilanjutkan dengan rintik kedua, ketiga dan berjuta-juta rintik hujan mengguyur tenda-tenda kami. Air mulai mengalir dan meninggi. Angin menyertai hempasan hujan yang perlahan namun pasti mulai menggoyahkan pertahanan. Tenda kami kebanjiran....!!

Anak-anak keluar tenda sambil memakai jas hujan, sebagian menggunakan payung. Semua peserta dievakuasi menuju aula. Panitia segera berusaha mencari jalan keluar terbaik. Hasilnya, peserta terbagi dalam tiga wisma, tiga saung, parkiran, dan aula. Karena semua tikar basah, panitia segera mengerahkan karpet dan tikar yang masih tersisa di sekolahan. Alhamdulillah jumlahnya cukup banyak.

Tapi sebenarnya ada juga hikmahnya peserta tidak tidur di tenda. Karean ada beberapa tenda yang pesertanya gatal-gatal. Entah terkena ulat atau alergen yang lain. Ada juga yang hanya masuk tenda untuk mengambil sepatu, begitu keluar langsung bentol-bentol.

Acara malam hari berlangsung meriah. Inilah acara yang ditunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan pentas seni. Masing-masing kelompok mempersembahkan penampilan terbaik mereka. Lucu-lucu, abanyak peserta yang tertawa terpingkal-pingkal melihat aksi teman-temannya. Setelah pentas seni selesai, sampai pula pad acara yang juga sudah dinanti-nanti. Hm.. apalagi kalau bukan jalan malam. Duh, Nak.... nggak ada capek-capeknya ... meski mata sudah mengantuk, tetap antusias dan menyala lagi semangatnya untuk mengikuti jalan malam.

Malam mulai larut, tibalah saat tidur. Kembali kami menyisir... khawatir ada anak yang sakit atau panas. Ada satu dua yang batuk-batuk dan kami segera memberinya obat batuk. Satu persatu anak-anak yang sudah tertidur lelap, dibantu oleh para mentor diperiksa suhu tubuhnya. Alhamdulillah tidak ada yang panas. Aku segera kembali ke tenda P3K. Ada beberapa pasien dengan keluhan pusing, sakit perut dan satu orang suhu badannya agak tinggi, tidur bersama di tenda P3K, untuk memudahkan pemantauan.

Sekitar jam empat pagi, anak-anak mulai bangun. Sholat tahajud, sholat subuh dilanjutkan dengan cerita ba’da subuh. Lalu diteruskan dengan senam bersama dan lari mengelilingi arena perkemahan. Wajah-wajah tampak cerah dan segar meski belum mandi... hehe... maklum kalau agak bau-bau sedikit...

Setelah itu anak-anak sarapan dan minum susu hangat. Lalu mereka berganti pakaian dan siap-siap out bond. Setelah out bond.... mandi dan bersih-bersih badan. Beres-beres tenda, packing barang-barang.... dan persiapan untuk pulang.

Alhamdulillah... acara berjalan dengan lancar dari awal sampai akhir. Alhamdulillah semuanya selamat dan dapat pulang ke rumah dengan tak kuang suatu apa. Semoga anak-anak dapat mengambil hikmah yang banyak dengan kegiatan camping kali ini. Terima kasih kepada bapak dan ibu guru yang telah berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Semoga Allah swt membalas segala cinta, pengorbanan, kasih sayang dan segala peluh yang telah keluar... dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda. Amin, amin ya Robbal 'alamin.

Hm... kalau boleh usul, bagaimana kalau untuk tahun berikutnya camping diadakan pada musim kemarau.... kalau bisa pas bulan purnama, jadi jalan malam sambil ditemani cahaya bulan purnama.... hehe....

PAM CERIA (1)

Acara yang sangat ditunggu anak-anak. Acara yang membuat heboh saat menyiapkan peralatan yang dibawa, packing, sebelum berangkat, suasana di tkp, pun saat sesudah pulang... ya apalagi kalo bukan PAM Ceria... atau Perkemahan Anak Muslim Ceria...

PAM Ceria tahun ini jatuh pada hari Selasa dan Rabu. Anak-anak dengan heboh mulai menyiapkan barang2 yg akan dibawa. Dalam lembaran yang dibagi sekolah, semua peralatan pribadi harus diberi nama. Dari piring, gelas, sendok, ember, tikar, baju dan lain-lain. Maka malam itu, aku menulis nama anak2 dan anak2 menempelkannya menggunakan selotif bening.

"Azzam tepung bumbu..." kata Azzam sambil tertawa, tangan kanannya mengacungkan tepung bumbu dengan tulisan "Azzam".

"Syamil body wash... haha" jawab Syamil tak mau kalah sambil menunjukkan body wash dengan tempelan tulisan "Syamil"

Acara tempel menempel selesai dan diteruskan dengan acara packing.

"Ingar ya Na, baju dan peralatan kalian ditaruh di tas ini, jangan lupa.." hm... seperti biasa umi sibuk mengingatkan anak2 supaya mereka tahu dimana menaruh barangnya.

Begitulah, malam sudah menjelang... packing sudah seplesai... telpon berdering menandakan seseorang sudah menunggu umi di suatu tempat.

"Baiklah, umi berangkat dulu ya... kalian langsung istirahat dan tidur, supaya besok bisa bangun pagi2..."

Dalam hati berdoa semog acara PAM Ceria dapat berjalan dengan lancar dan bermanfaat. Amin

Selasa, 04 Mei 2010

LAMA SEKALI

Uff... ya, lama sekali aku tidak menulis di sini. Berbagai klesibukan dan rutinitas harian, benar2 membuatku tak mampu meluangkan waktu sejenak untuk jari2ku menari di atas keyboard. padahal jujur, di sinilah sebagian kusimpan kenangan hidupku. Menjalani hari2 yang indah bersama suami dan buah hatiku. Segala senyum, tawa dan canda. Juga gelisah dan air mata. Tapi kesibukan itu benar2 tak memberiku waktu. Atau aku yang kurang bisa mengatur waktu?

Hm... acara hari ini.... anak2 libur, klinik pagi juga libur...
Pagi ini di rumah akan ada pengajian tahsin, semoga bisa berjalan lancar. Setelah itu siangnya jam 11.00 wib les gitar, lalu menyelesaikan beberapa amanah. Semoga bisa berjalan dengan lancar.

Oya, anak-anak harus diberi "camilan"... Mas Azzam Math tentang perbandingan dan Dik Amil juga math tentang luas dan keliling bangun datar.

Anak2ku... semoga ditengah kesibukanku, aku tetap bisa memberikan dan melakukan yang terbaik untuk mereka berdua... membekali dengan iman dan ilmu yang bermanfaat... amin