Selasa, 10 Maret 2009

Gadis Kecil Itu Telah Menjadi Bidadari....

Gadis cantik itu bernama Mariah Hana Mufidah. Nama yang indah, seindah doa kedua orang tua yang pasti amat mencintainya. Ia baru duduk di kelas 6 SD. Aku mengenalnya karena Fida adalah salah satu peserta ekskul dokter kecil, di mana aku sebagai pengajarnya.

Malam itu aku membantu Azzam mempersiapkan buku-buku pelajaran untuk hari Selasa. Kulihat sebuah kertas tergeletak di atas meja, mirip sebuah pengumuman dari sekolah. Aku segera membukanya. Surat bertanggal 6 Maret 2009. Isinya tentang pemberitahuan bahwa ada yang sedang dirawat di rumah sakit sejak tanggal 4 Maret dengan penyakit Steven Johnson Syndrom, penyakit langka yang kemungkinan diderita 1 dari 1.000.000 orang. Dalam surat itu pihak sekolah mengajak seluruh pihak untuk memanjatkan doa buat kesembuhan sekaligus diadakan acara penggalangan dana selama sepekan.

Aku tertegun... Robbi... anak sekecil itu suadah menderita penyakit yang begitu berat....

”Umi kenal sama Kak Mufidah kan? Ia kan ikut ekskul dokter kecil, Mi...” kata si Azzam begitu aku membaca surat pemberitahuan itu.

”Sudah meninggal, Mi...” katanya lagi.

”Apa, Mas....??” tanyaku tak percaya.

“Iya, Mi... yang sakit itu sudah meninggal...”

Aku langsung lemas. Inna lilahi wa ina ilaihi roji’un.

Selasa pagi aku memang tak mengantar anak-anak sekolah, karena aku ke bandara mengantar abi ke luar kota. Siang aku juga tidak ke sekolah menjemput Amil karena ada keperluan, jadi Amil dijemput oleh ojeknya.

Pagi itu seperti biasa aku mengantar anak-anak sekolah. Sampai di gerbang sekolah, tampak sebuah spanduk bertuliskan ucapan selamat jalan kepada Mariah Hana Mufidah. Ada sebuah foto yang sedang tersenyum manis di samping tulisan itu.

Tiba-tiba sebuah cairan hangat mengalir dari mataku. Fida, gadis kecil itu... Ia anak yang manis... aku sangat menyayanginya. Beberapa semester ia mengikuti ekskul dokter kecil. Anaknya cerdas dan mempunyai jiwa pemimpin. Ada nyeri yang tiba-tiba mengisi hatiku. Aku coba untuk mengikhlaskan kepergiannya. Tapi ia anak yang manis, ia masih sangat muda... mengapa ia pergi secepat ini? Air mataku tak henti mengalir.

Astaghfirullah hal adzim...

Maafkan aku ya Allah.... bukan aku tak mengikhlaskan kepergiaannya... karena bagaimanapun semua ini sudah menjadi kehendak-Mu....

Dalam perjalanan pulang ke rumah, semua kenangan itu hadir. Fida, anak yang baik dan santun. Selamat jalan gadis kecilku... selamat menjadi bidadari di surga... Malaikat menyambut kedatanganmu.... Allah telah memilihmu untuk kembali dalam pangkuan-Nya...

Ya, Allah... berilah keikhlasan dalam hati kami.... Terimalah bidadari kecil kami.... Ampunilah segala kesalahan dan dosa-dosanya.... berilah ketabahan dan kekuatan bagi kedua orang tuanya... Amin ya Robbal Alamin

Tidak ada komentar: