Senin, 24 Agustus 2009

Sebuah Pagi di Bulan Ramadhan

Ini adalah pagi keempat
kumasih bisa merasakan sinar hangat mentari menyapa
ada banyak agenda yang belum terselesaikan
tertatih langkahku mengejar
begitu banyak kewajiban yang harus kutunaikan
sementara langkah sering terlena
oleh hal2 yang kurang bermakna
menguras habis waktu dan tenaga
ahhh...

Aku harus belajar lebih bersabar
menghadapi anak2, menghadapi ego dalam diriku
sesungguhnya kerewelan dan kemanjaan anak2 itu
adalah ladang amal bagi kita
sesungguhnya selalu ada celah
untuk membuat jiwa2 mungil itu kembali tersenyum ceria, dan melakukan setiap tugasnya dengan riang gembira
mungkin....
aku hanya belum bisa selalu menemukan cara
agar mata bening itu tak kembali muram
karena fitrah mereka masih bersih
jika mereka membentak, menendang, berontak...
itu karena mereka belum tahu
mungkin aku belum maksimal mengajarkan
bukan hanya masalah boleh dan tak boleh
bukan sekedar harus dan tak harus
bukan dengan bentakan dan amarah
bukan dengan ancaman dan hukuman
bukan dengan bicara nada tinggi, atau mata menyorotkan benci
bukan... bukan itu semua...
karena sebuah jiwa yang bening, sebuah jiwa yang lembut
hanya bisa disapa dengan kelembutan juga

Kusering perhatikan
saat aku marah
hati2 kecil itu semakin mengeras
ketika ku melembut
hati2 kecil itu semakin lembut
memeluk dan menangis
meminta maaf
cinta yang begitu indah
bicara dari hati ke hati dengan jiwa2 yg masih begitu bening
ya.. mereka masih anak2
dengan pikirannya yang masih sangat polos
dengan berbagai pernyataan sederhana
yang sering mengingatkanku
bahwa mereka memang anak2 yang punya pola pikir sendiri
sementara aku sering menganggap mereka sudah besar
mereka bukan manusia dewasa dalam tubuh yang kecil
bukan...

mereka juga punya hati
dalam bingkai yang masih rapuh
kita bisa membantu menguatkannya
atau menghancurkannya sama sekali

mereka punya pikiran
dalam bingkai yang masih labil
kita bisa membantu menguatkannya
atau menghancurkannya sama sekali

mereka punya mimpi dan cita2
yang kadang begitu jauh di langit
kita bisa membantu mewujudkannya
atau menghempaskannya sama sekali

mereka punya benih cinta
dalam taman yang masih tak terawat
kita bisa membantu menumbuhsuburkannya
atau mematikannya sama sekali

mereka punya benih benci
dalam ladang yang gersang
kita bisa membantu mematikannya
atau bahkan menumbuhsuburkannya

Memang bukan di tangan kita
takdir mereka
namun peran kita sangatlah besar
karena kita adalah petani
karena di tangan kitalah amanah itu diberi


Bintaro, 25 Agustus 2009, 08:24 am

1 komentar:

Anonim mengatakan...

terimakasih banyak ya bu...subhanalloh...mudah2an aku bisa seperti bu retno...