Senin, 24 November 2008

Mas Azzam pakai kacamata

Hari ini, setelah melalui sekian tes dan pemeriksaan........ dengan tenang, dokter yang berpenampilan sudah seperti eyang2 itu menyatakan bahwa, profesor kecilku harus pakai kaca mata!

Aku tidak terlalu kaget, karena sudah menduga dari awal -meski masih ada sedikit harapan, semoga dugaanku salah-. Demikian juga dengan profesor kecil itu, dari awal sudah siap, kalau toh memang harus pakai kaca mata.

Awalnya, seperti kelas yang lain, tempat duduk bergeser roling tiap bulan. Kebetulan bulan ini Azzam dapat giliran duduk pada bangku yang paling belakang. Masalah mulai muncul karena ia tak dapat melihat tulisan di papan tulis. Biasanya ketika kutanya apa yang ia lakukan -kalau tidak bisa melihat tulisan di papan tulis- Azzam dengan cueknya akan maju ke depan dan duduk di lantai.

Lalu kami berdua berinisiatif periksa mata. Akhirnya kami pergi ke klinik mata dekat rumah. Dan ya gitu deh... ternyata memang harus bersahabat dengan kaca mata. Jadi ingat tulisan Asma Nadia -dalam buku Catatan Hati Bunda- bagaimana perasaan Asma saat tahu anaknya harus pakai kaca mata. Jika dalam buku tersebut Asma bercerita dengan dramatis, saat saya tahu bahwa Azzam memang darus memakai kacamata... perasaanku sebagai seorang ibu adalah, kasihan. Karena kupikir, pasti repot jika untuk bisa melihat dengan jelas, kita bergantung pada kacamata. Ya, jadi teringat cerita2 teman dengan kacamatanya...

Mungkin di mata orang lain, orang dengan kaca mata itu sudah dianggap cacat, tapi bagiku dunia tetaplah belum kiamat. Karena ada banyak orang yang tetap bisa sukses -dunia akherat insya allah- meski pun harus melalui hari-hari dengan berkaca mata. Misalnya, temanku yang jadi dokter pun ada yang berkaca mata, atau progesi lainnya. ya, mungkin Azzam harus melupakan cita-citanya untuk jadi pilot... hehehe. Namanya juga anak kecil, ia pernah bercita-cita ingin jadi pilot.

Singkat cerita, berbekal resep dari dokter mata, kami menuju optik terdekat. Sepertinya Azzam sudah tak sabar dengan kaca mata barunya. Sampai di sana ternyata, optiknya tutup, kami menunggu sambil makan di sebuah restoran siap saji. Begitu optik buka, saya segera menyerahkan resep -kalo dari dokter umum, resep diserahkan ke apotik, kalau dokter mata, resep diserahkannya di optik- Azzam segera melihat-lihat frame yang lucu dan beraneka ragam. Segera ia mematut-matut di depan cermin sambil senyum-senyum sendiri. Akhirnya kami pesan dua pasang kaca mata, satunya untuk cadangan. Ternyata tidak bisa langsung jadi, kami harus menunggu selama 4-6 hari... woalah ternyata lama juga. Jadi paling cepat Jumat pekan ini Azzam akan pakai kaca mata. Ehem... tambah gantheng dan tambah kelihatan pinter sih...

Ketika aku ledekin, "Wah, pakai kaca mata, kayak orang pinter aja ya Mas?"

Dia menjawab diplomatis, "Ya Umi, bukan kayak orang pinter, tapi aslinya aku khan emang pinter...." -ternyata cukup percaya diri juga nih anak- :p amin amin semoga kamu emang pinter nak

Tidak ada komentar: