Sabtu, 21 Februari 2009

COKLAT DAN STRESS

Ufff..... akhirnya sampai juga aku di rumah. Lama tidak naik metromini, hampir pingsan tadi... terjebak kemacetan sore Jakarta plus asap rokok di metro.

Segera kucari anak-anak. Berhubung hp batere habis, jadi aku tidak bisa mengontrol kegiatan anak-anak dari jauh (memang remote control? hehehe). Tapi, ya begitulah. Ternyata apa yang kukhawatirkan terjadi. Dik Amil tidak mau les, karena sejak pulang sekolah nggak nemu Umi di rumah. Pulang bukannya disambut, si kecil malah marah-marah sambil manyun.

"Kemana aja sih, Mi... ayo kita pergi, kapan dong Mi.. aku nunggunya udah lama banget..u..uh..." rajuknya.

Dalam keadaan badan yang sangat capek, maklum sehari ini banyak banget yang harus dikerjakan, "Iya Sayang, tunggu... umi kan baru datang, umi mandi terus sholat dulu ya...." bujukku.

"Lagian Umi sih, pergi nggak pulang-pulang..." protesnya. Biasanya aku kalau pergi memang pamit dan menelpon dia, tapi tadi aku pergi dia belum pulang sekolah dan hp ku baterenya habis.

"Ya... Umi kan ada urusan ke kantor Abi, Nak... tunggu dulu ya..." kataku sambil beranjak ke kamar mandi.

"Ah... Umi, ayo dong...cepetan..," rajuknya dan mulai rewel.

Aku ingat tadi di kantor abi aku sempat mampir ke kantin membeli sebatang coklat, segera kukeluarkan coklat itu dari tas dan kuberikan dik Amil.

"Nah, dik Amil nunggu Umi sambil makan coklat ini ya? Coklat ini bisa mengubah hati yang sedih jadi gembira lho, bisa ngilangin stress" kataku sambil tersenyum.

"Bukan Mi, tapi bisa bikin ketagihan," jawab Amil.

"Kok?"

"Iya Mi, kan enak..." katanya lagi sambil mengunyah coklat yang tadi kuberikan. Akhirnya aku bisa mandi dan sholat maghrib dengan tenang.

Lalu setelah siap-siap, kami pergi ke warnet beli kartu pesenan Amil dan Azzam. Apa lagi kalau bukan kartu Lyto (Umi laporin.... nih Abi anak-anak beli kartu tolaLyto lagi lho...)

Lalu kami pergi ke supermarket membeli kebutuhan Mas Azzam yang besok akan mengadakan kunjungan ke Istana Presiden dan Museum Uang. Untuk menyingkat waktu, Mas Azzam berdua Mbak Dar keliling membawa keranjang, dan Dik Amil bareng Umi... lihat-lihat barang barangkali ada yang perlu dibeli. Dik Amil segera berkeliling mencari makanan dan benda kesukaannya. Sudah menjadi kebiasaan aku melepas anak-anak untuk memilih apa yang akan dibeli. Lalu pilihan itu harus melalui persetujuan uminya, boleh atau tidak. Sebenarnya anak-anak sudah hapal, mana-mana barang yang lolos verifikasi dan mana yang tidak lolos, namun kadang-kadang mereka iseng juga bertanya. Barang yang termasuk tidak lolos adalah jenis snack ringan berbumbu tajam, aneka minuman kemasan yang berwarna warni tajam, dan susu cair dengan tampilan yang aneh-aneh. Barang yang biasanya lolos adalah susu, biskuit, yogurt, roti, sosis, nuget, dll yang bersertifikasi halal, memang harus cermat sih....

"Ini boleh nggak Mi?" tanya dik Amil sambil menunjukkan sebatang coklat.

Aku mengangguk.

"Yes..." katanya sambil menaruh coklat itu di keranjang belanja.

Tak lama kemudian ia kembali lagi, "Kalau ini, boleh, Mi?" tanyanya lagi sambil membawa sebuah bungkusan berisi wafer salut coklat.

Aku mengangguk. Tak lama kemudia ia kembali lagi. "Yang ini boleh kan, Mi?"

Aku lihat tangannya mengacungkan sebuah permen coklat bulat-bulat. Aku tak langsung menjawab, tapi bertanya, "Kok semuanya coklat to, Dik?"

"Ya, iyalah ...Mi, aku kan sering stress..." jawab Amil tegas.

Ya ampun, aku hanya bisa tersenyum.

Tidak ada komentar: