Selasa, 10 Februari 2009

PENCURI????

Saya hanya ingin sharing aja. Semoga kita -khususnya saya- tidak melakukan hal-hal seperti ini. Karena selain menyakitkan bagi orang lain yang merasa dirugikan, hal yang kelihatan "sepele' ini kalau dilakukan -baca : diulangi - terus menerus mungkin jatuhnya si pelaku dapat dikategorikan sebagai "pencuri". Sungguh menyeramkan, bukan?

Ini adalah sharing seorang teman, sebut saja namanya Liana. Setiap ibu mertuanya - untuk selanjutnya cukup ditulis 'ibu' saja- datang berkunjung, Liana selalu menerima dengan ramah. pun selalu menawari ibunya untuk membawa apa pun yang diinginkannya di rumah itu. Hanya saja, ada satu hal yang mengganjal di hati Liana. Pagi itu ia kelihatan resah. Dan akhirnya meluncurlah curhatannya ini. dan saya meminta ijin untuk menuliskannya di blog saya. Awalnya ia keberatan, tapi akhirnya dengan syarat namanya disamarkan, ia pun setuju. Mungkin saja dengan ditulis di sini, ada pembaca yang bisa mengambil hikmahnya. Untuk Liana saya ucapkan terima kasih.

"Padahal seandainay Ibu mau bilang, saya tak akan mungkin melarangnya. Tapi ya itu, Ra, mengapa ibu selalu melakukannya dengan sembunyi-sembunyi, sampai si mbak, dengan sembunyi-sembunyi pula, ikut menggeledah tas saat ibu tidak ada, dan memang barang itu ada di sana."

"Tunggu, Liana, jangan-jangan si mbak yang masukin barang itu ke tas. Dan kenapa kamu tidak bilang saja kepada ibu secara terus terang?

"Bilang ibu? Ya nggak enak, Ra, wong cuma barang sepele. Pernah ada makanan anak-anak masih sedus, sengaja ku simpan di lemari, eh tiba-tiba saat anak-anak minta, aku cari tidak ada. Aku bongkar di mana-mana, aku tanya sama si mbak, katanya tidak mindah. Nggak mungkinlah barang segitu bisa hilang. Dan sejauh ini, si mbakku itu orangnya jujur, aku percaya sama dia. hanya yang aku sesalkan, kenapa sih ibu tidak bilang dulu? Kita kan diajari untuk minta ijin dulu pada pemiliknya, kalau ingin mengambil barang yang bukan milik kita. nah, kalau ibu selama ini tanpa bilang-bilang, langsung main ambil barang dan dimasukkan dalam tas, aku takut, itu sama saja artinya dengan ibu mencuri barang itu kan?"

Aku diam. Mungkin masalahnya hanya pada komunikasi. Tapi Liana merasa sudah menyilakan ibunya mau membawa apa aja yang dikehendaki, jadi nggak perlu ijin dulu. Mungkin itu yang ada di pikiran ibunya, wong ini rumah anakku sendiri, mengapa harus minta ijin? Tapi bagaimanapun, ijin itu tetap perlu, karena supaya Liana tahu, barang-barang itu kemana, jadi kalau butuh tidak perlu mencari-cari lagi. Kalau tiba-tiba ibunya main bawa saja, kan cukup merepotkan banyak orang. Jangan-jangan yang ada malah saling tuduh antar penghuni rumah.

Satu pelajaran untukku, nanti kalau aku sudah tua dan bersilaturahmi ke rumah anak-anakku, semoga aku masih ingat untuk tidak melakukan hal-hal yang pernah dilakukan ibu mertua Liana. Karena, bila aku panjang umur, aku akan tua dan menyaksikan anak-anakku menikah. dan bagaimana pun, aku harus menghargai dan menghormati anak-anakku dengan tak main ambil apa pun barang-barag yang ada di rumah mereka, kecuali dengan seijin dan sepengetahuannya. Karena aku tak mau disebut sebagai 'pencuri' untuk barang-barang yang kelihatannya 'sepele'

Tidak ada komentar: