Minggu, 24 Agustus 2008

NANTI TERLAMBAT



Ini adalah foto sekolah dik Amil dan Mas Azzam....
Foto diambil pagi hari saat umi antar anak-anak sekolah
Mas Azzam mana ya?
*****
“Ayo mandi Sayang, supaya tidak terlambat…” kataku berusaha selembut mungkin (dalam hati sih pinginnya sambil teriak...hehehe).

Seperti biasa aku harus berjuang setiap pagi untuk membangunkan dan memandikan anak-anak. Saat dimana kesabaranku sebagai seorang ibu 2 putra sungguh-sungguh diuji (banyak tidak lulusnya karena aku lebih sering tidak sabaran, marah-marah dan berteriak-teriak kalau anak-anak susah dibangunkan).

Pelan-pelan justru si kakak yang mengingatkan kalau uminya sudah mulai 'tegangan tinggi'

Si kakak suka memperhatikan dan mengkomplain kata-kataku

Seperti misalnya kalau aku berkata,

"Ayo mandi nanti terlambat lho" atau "Ayo belajar, nanti tidak naik kelas lho"

Setelah anakku yang besar protes

“Umi jangan bilang begitu dong, itu kan sama saja umi ngedoain kita untuk terlambat dan tidak naik kelas… “

Akhirnya… aku coba ganti, misalnya

“Ayo mandi supaya nanti tidak terlambat"

"Ayo belajar, supaya nanti naik kelas"

"Ayo sholat supaya disayang Allah"

"Ayo kumonnya dikerjain, supaya kalian pandai berhitung"

Ternyata kalimat bernuansa positif terbukti lebih efektif dan memompa semangat anak-anak…

Dulu aku sering mengatakan

“Ayo PR nya dikerjakan tidak…ntar kalo tidak mau mengerjakan PR, burung parkitnya Umi lepasin deh…”

Atau

“Ayo makannya dihabisin, ntar kalo nggak habis, Umi nggak mau beliin mainan lagi deh….”

Woalah…betapa!

Betapa dulu kalimat yang kutujukan kepada anak-anak selalu penuh ancaman dan ancaman…. Meski semua itu kulakukan demi kebaikan mereka, meski semua itu kulakukan atas nama cinta….

Ternyata aku salah. Jika aku mengaku mencintai anak-anakku, tentu aku tidak boleh mengancam mereka. Tidak boleh membuat mereka berpikir (dengan pola pikirnya yang masih kanak-kanak) bahwa mencintai artinya sama dengan memberi banyak ancaman (karena sering kukatakan bahwa aku mencintai mereka, tapi nyatanya, kehadiranku justru tidak memberikan ketenangan pada mereka).

Kini aku coba belajar mengubah pola komunikasi itu… agar pesan yang ingin kusampaikan tidak bias…

Agar anak-anak dengan kepolosannya tidak salah tangkap, tidak salah mengerti

Maafkan kesalahan Bunda selama ini ya, Nak... dalam mendidikmu, ternyata Bunda harus lebih banyak belajar dan belajar....

Tidak ada komentar: