Rabu, 10 Februari 2010

BELAJAR

Sore itu, saya mengajari Amil (kelas 3 SD) yang besok akan ulangan harian PKN. Materinya adalah tentang Harga Diri. Maka mulailah saya membaca dulu sebelum mengajar anak saya. Materinya berkisar tentang pengertian harga diri, bagaimana cara menjaga harga diri, tentang kejujuran, kemandirian, disiplin dan tanggung jawab.

”Harga diri itu apa, Dik?” tanya saya pada Amil yang asyik main komputer.

”Hm.. apa ya... emang harga diri itu berapa, Mi?” jawab Amil balik bertanya.

Duh, saya harus menjaga kesabaran. Memang saya –agak- membiarkan anak belajar sambil berada di depan komputer, meski saya tahu itu tidak efektif. Tapi dari pada sama sekali tidak mau, jadi saya mesih agak mengandalkan pendengarannya, meski mata dan pikirannya asyik di game.

Saya harus paham, anak saya berangkat sekolah pukul 06.45 dan baru pukul 15.45 sampai di rumah. Saya punya waktu ’belajar’ dengan anak-anak sekitar jam 16.00 sampai dengan jam 18.00 WIB, karena lepas maghrib (kecuali hari minggu) saya sudah ada janji dengan ’sahabat-sahabat’ saya. Makanya sambil melepas lelah -karena baru pulang sekolah- saya biarkan anak-anak bersantai sambil saya coba masuki ’sesuatu.’ Saya bersyukur karena dengan cara ini lumayan berhasil. Kadang-kadang kalau materinya menarik, Amil bahkan rela pindah duduk untuk mengerjakan soal. Akhirnya perhatian dia jadi full fokus ke pelajaran. Kalau dia sudah mulai tertarik main game lagi, maka sayalah yang akhirnya aktif ’berkicau’ di sebelahnya, coba menarik perhatiannya. Seperti sore itu.

”Harga diri adalah kehormatan diri. Apa Dik? Harga diri adalah...”

”Kehormatan diri....”jawab Amil sambil tetap bermain, matanya sekilas memandang saya, hm tampaknya anginnya menunjukkan tanda sepoi-sepoi basah.

”Oke, pinter. Cara menjaga harga diri, ada tiga. Yang pertama, berbicara dengan sopan, tidak boleh kasar dan berteriak. Kedua, memakai baju yang bersih dan sopan, ketiga menjaga penampilan....” begitulah, lalu setelah mendengar kata-kata saya, si Amil lalu mengulangnya dengan kata-katanya sendiri.

Ya, saya harus pintar-pintar membaca situasi hati anak-anak. Apakah ’anginnya’ sedang baik atau tidak. Kalau sedang bad mood, saya mencari kata-kata yang membuatnya nyaman. Tidak dulu menjejali dengan materi pelajaran atau menyuruh mengerjakan kumon, wah bisa perang dunia ketiga. Lalu setelah saya lihat mood-nya mulai bagus, baru saya sodori dengan tanggung jawab yang harus ditunaikannya.

Saya paham, pulang sekolah, anak-anak pasti lelah, capek dan ingin istirahat. Sementara anak-anak saya, pulang sekolah, langsung mandi dan bermain sambil belajar dengan saya. Karena hanya sedikit waktu di sore hari itulah yang kami punya. Saya coba memberi pengertian ke anak-anak kalau malam bundanya harus praktek, makanya kalau mau belajar sama bunda ya waktunya sore hari. Kalau malam harus belajar sendiri. Kecuali kalau ada ulangan semester atau mid semester, saya biasa ambil libur tidak praktek malam.

Maafkan Bunda yang tak bisa full mendampingimu ya, Nak...

Tidak ada komentar: