Sabtu, 13 September 2008

Aduh, jangan injak kakiku

Saat mengantar anak-anak tidur, saat kruwelan di kamar tidur

"Emang, kakinya kenapa sih Dik?" tanyaku pada si kecil.

"Diinjak sama Rahma, Mi..."

"Diinjak?"

"Ya."

"Masak sih diinjak saja sampai berdarah? Emang Rahma itu laki-laki atau perempuan?"

"Rahma ituerempuan. Dia kan lagi loncat terus menginjak kakiku."

"O, jadi Rahma loncat terus nginjak kaki dik Amil ya. Sakit nggak?"

"Ya sakit dong."

"Dik Amil menangis?"

"Enggaklah, aku tahan..." kata si kecil sambil menirukan mulutnya sedang meringis. Aku tak dapat menahan tawa.

"Berarti Rahma nggak sengaja dong?"

"Ya sengaja lah..."

"Bu Guru tahu nggak?"

"Ya tahu, Mi..."

"Terus Rahma dimarahi tidak?"

"Enggak."

"Dik Amil marah nggak sama Rahma"

"Ya marahlah."

"Dik Amil marahi Rahma nggak?"

"Nggaklah. Malas, ntar nangis, ngadu sama guru."

"Dik Amil balas nginjak Rahma nggak?"

"Nggaklah, malas, ntar nangis, ngadu sama guru. Cengeng, males ah..."

"O... terus diobati sama siapa? Bu Isti atau Bu Dini?"

"Bu Dini. Aku disuruh wudhu dulu, terus dioles betadin terus di hansaplast."

"Bu Dini baik ya, udah bilang makasih belum?"

"Hm... eh kan Mas azzam pernah dikatain gendut tuh sama si Fakhri."

"Emang kan Mas Azzam gendut. Ngatainnya dimana ? Di sekolah atau di ILP?"

"Di sekolah Mi, biar aja nanti dosa Mas Azzam diambil Fakhri, nah pahala Fakhri jadi punya Mas Azzam..."

"O, emang begitu ya?"

"Ya, iya begitu Mi..... kalau ada teman ngeledek kita, enak Mi... dosa kita ditanggung sama dia..."

"O... jadi dik Amil jangan suka ngatain teman ya, repot, ntar dosa temannya ditanggung dik Amil deh...."

"Terus pahala kita juga bisa diambil sama dia Mi..."

"Dik Amil udah tahu ya..."

Tidak ada komentar: