Kamis, 04 September 2008

GAS HABIS

Klek, klek, klek, klek

Bunyi apa ya?

Antara sadar dan tidak sadar aku mendengar suara "klek klek" dari bawah. Saat itu aku sedang tidur di atas bersama anak-anak sambil menunggu datangnya waktu sahur.

Segera aku bangun dan turun ke bawah.

"Ada apa Mbak? Gas nya habis ya?" tanyaku pada si mbak yang sedang berusaha menyalakan kompor.

"Iya Mi, dari tadi tidak bisa," jawab si Mbak.

Aku lalu mencoba menyalakan kompor gas. Sekali, dua kali. Sia-sia. Kompor tak juga mau menyala. Lalu aku periksa tabung gas di bawah kompor. Aku gerak-gerakkan, berharap ada sisa gas mengalir. Tak juga membawa hasil.

Waduh, bagaimana ini? Reflek aku buka tudung saji di meja makan. Ada beberapa lauk sisa buka puasa. Dingin. Duh, bagaimana ini, kasihan besok yang puasa, masak dikasih lauk dingin?

Untuk nasi dan air panas tak masalah, tapi lauknya?

Tiba-tiba aku menyesal, kenapa tak jua menyiapkan kompor listrik. Atau tabung gas pengganti. Untuk tabung gas pengganti mungkin masuk ke urutan sekian, karena aku tak berani memindahkan selang gas sendiri. Sedang untuk membeli kompor listrik aku masih suka menunda, takut bahaya (ih.... ndeso banget ya?)

Jadi mesti bagaimana ini?

Ayo berpikir!!!

Hap! Aku ingat ada warung padang langganan yang pernah kutanya buka sampai sahur. Ok, aku segera menyiapkan diri ke sana. Tapi, hiii...malam-malam begini? Jarum jam saat itu menunjukkan pukul 3 pagi. Duh bagaimana ya...

"Mbak yuk pergi berdua beli makanan di warung padang aja, yuk..." ajakku pada si Mbak, lumayan kan kalau berdua.

Begitu mengeluarkan motor, aku berubah pikiran.

"Aku sendiri aja deh Mbak. Mbak nyiapin air minum aja ya...sambil kupas buahnya..." kataku pada si Mbak. pikirku saat itu kalau kami pergi berdua, takut kelamaan dan takiu belum sempat menyiapkan minuman hangat.

Akhirnya...bismilah...aku meluncur ke jalan raya.

Masih di jalanan komplek, ternyata banyak sekali warteg yang buka. Wah aku surprise banget. Aku segera mampir ke warteg langganan.

Segera aku pesan beberapa lauk-pauk.

"Hm...Bu, maaf elpiji saya lagi habis, boleh tidak numpang goreng nugget buat anak saya?" tanyaku hati-hati saat membayar.

"Nanti bayar berapa gitu deh Bu..." kataku memohon kemurahan hati si Ibu empunya warung.

"Udah bawa aja ke sini, Mbak..." kata si ibu ramah.

"Terima kasih Bu..."jawabku sambil pulang. Alhamdulillah, akhirnya ada nugget hangat buat si kakak buat makan sahur.

Sampai di rumah aku segera membawa nugget untuk numpang digoreng di warteg. Si Mbak ikut senang karena sempat khawatir tidak ada lauk buat si kakak.

Ketika aku kembali ke warteg, setelah nugget digoreng ternyata si ibu tidak mau dibayar.

"Ini buat Ibu," kataku sambil menyelipkan sejumlah uang.

"Jangan ditolak Bu, saya sangat berterima kasih sudah ngrepoti Ibu. Sekarang apa-apa kan mahal Bu, makasih ya Bu," kataku sambil beranjak pulang.

Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah untuk kebaikan Ibu itu pada kami, sehingga pagi itu kami bisa makan sahur, atas karunia-Mu.

Tidak ada komentar: