Senin, 01 September 2008

No Cookies

"Lebaran tahun ini kita nggak bikin kue" pengumumanku pagi itu disambut biasa-biasa saja oleh anak-anak.

"Kenapa, Mi?" tanya si kakak.

"Lebih baik waktunya dipakai ibadah saja, Sayang. Lagian kan si Mbak tanggal 20 sudah pulang kampung. Belum lagi nanti kan kita juga mau mudik, tenaganya harus dijaga..." begitu penjelasanku panjang lebar pada anak-anak. Semoga anak-anak bisa mengerti.

Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, membuat kue kering sudah merupakan tradisi yang sulit kutinggalkan. Sejak aku masih SD aku sudah terbiasa membuat kue lebaran. Macam-macam kue kami buat. Ada nastar, kastengel, putri salju, lidah kucing, coklat chips, kue strawberry (kuenya nenek dito-seperti di iklan waktu itu), cheese stick, kacang telor, kacang bawang, atau menggoreng kacang mede. Itu adalah jenis camilan yang selalu nyaris ada.

Apalagi saat anak-anak masih kecil. Dengan suka cita mereka akan membantu membentuk kue. Lebih tepatnya main-main. tapi kubiarkan saja. Anak-anak sangat senang mencetak kue dengan aneka bentuk, menabur coklat, keju atau mengoles kuning telor. Hal yang paling menyenangkan adalah saat menunggu kue keluar dari oven. Kue yang paling disenangi anak-anak adalah kue lidah kucing. Begitu keluar dari oven langsung deh habis diserbu anak-anak. Aku hanya tertawa saja. Bahkan mereka sampai rebutan. Karena biasanya aku membuat kue pada malam hari sehabis tarawih, atau pagi hari selepas sahur. Kadang sampai siang juga bila aku membuat adonannya banyak.

Membuat kue sebenarnya merupakan keasyikan tersendiri. Aku tahu mungkin rasa dan bentuk kue buatanku tak sebagus dan seenak kue yang dijual bakery. Tetapi alhamdulillah kue itu selalu habis ludes. Tentu saja karena kue-kue itu segera melalui jalur distribusi begitu selesai dikemas. Maksudnya aku akan segera bagi-bagi kue itu ke tetangga dan saudara. Dan biasanya mereka akan tercengang setelah tahu bahwa kue itu adalah buatanku sendiri.

"Bikin sendiri, Mbak? Kok masih sempat sih?" begitu rata-rata komentar mereka.

Iya sih kok masih sempat ya, kadang aku juga berpikiran begitu. Bukannya waktunya mending untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat ya.

Jadi lebaran tahun ini aku tidak membuat kue, tapi beli seperlunya saja. Sempat kaget juga melihat harga kue kering yang selangit. Ada yang 40 ribu, bahkan ada yang 60 ribu satu toplesnya. Juga kue lapis legit yang aku baca di majalah harganya per loyang sampai 530 ribu! Ampyun deh....mahal sekalee...!

Tidak ada komentar: