Rabu, 17 September 2008

Enak banget, sih

"Enak banget sih, Dik Amil nggak sekolah lagi deh..." seperti biasa si kakak merajuk mengetahui pagi itu adiknya kembali tidak masuk sekolah karena sakit.

"Mas Azzam nggak boleh gitu, kan dik Amil lagi sakit...."

"Huuh, sakit lagi, sakit lagi..."

"Iya kan kasihan dik Amil, Nak, nanti bisa ketinggalan pelajaran. Mas Azzam harus bersyukur karena diberi Allah kesehatan..."

"Tapi kan enak Mi, nggak sekolah.."

"Siapa bilang sakit enak, kemarin dik Amil diambil darahnya, Mas Azzam mau?"

"Nggaklah!"

Duh, si kakak uring-uringan pagi itu. Kebetulan memang si adik kesehatannya sering terganggu, hingga sering tak bisa mengikuti pelajaran di sekolah alias belajar di rumah alias ijin. Beratnya juga cuma 19-21 kilogram, tergantung kapan nimbangnya. Memang nih anak agak susah makan. Kemarin habis sakit amandel eh sekarang terkena parotitis alias gondongan. jadi supaya tidak menulari teman-temannya, si Amil harus dikurung di rumah. Sebenarnya anaknya sendiri masih cukup lincah dan pecicilan, beda saat sakit amandel sebelumnya. Ia hanya bisa tergolek di tempat tidur.

Beberapa hari kemudian

"Ya, udah Mi, dik Amil nggak papa kok nggak masuk sekolah..." kata si kakak tersenyum manis.

Wah tumben, ada apa nih?

"Dik Amil biar sembuh dulu, istirahat saja di rumah. Sekarang kan lagi puasa, jadi pertahanan tubuh teman-temannya kan kurang bagus. Kata umi penyakit karena virus mudah menular kan..." masih dengan senyum manisnya si kakak menerangkan mengapa adiknya pagi itu belum bisa berangkat sekolah. Wah si kakak tampak dewasa dan bijaksana. Tetap semangat berangkat ke sekolah sendirian, tak ada rasa iri lagi.

Memang, setelah adanya perjanjian tak tertulis, setiap adiknya sakit dan tidak masuk sekolah, si kakak tidak pernah uring-uringan lagi dan tetap semangat meski berangkat sendirian. Mau tahu isi perjanjiannya?

"Selama dik Amil sakit, uang saku dik Amil akan jatuh ke tangan Mas Azzam."

Hehehehe...

Tidak ada komentar: