Rabu, 14 Januari 2009

14 Januari 2009

Malam ini hujan deras. Memang seharian tadi hujan turun terus menerus. Kadang langit agak terang, kadang gerimis bahkan secara tiba-tiba air bisa jatuh seperti ditumpahkan dari langit. Hujan yang mengguyur sepanjang hari ini, semoga tak mengakibatkan banjir. Aku ngeri membayangkannya. Ingat tahun-tahun kemarin, bila hujan turun sekitar lima hari saja, air sungai naik dan terjadilah banjir di mana-mana. Banjir yang terjadi di bulan-bulan januari februari semoga tak terulang lagi. Amin.

Oh ya, hari ini hari bersejarah. Pagi tadi kami sekeluarga mengantar abi ke bandara, menuju tempat tugasnya yang baru. Pesawat berangkat pukul 08.10 sementara kami berangkat dari rumah pukul 06.10 WIB. Langsung stress begitu keluar dari jalan komplek dan masuk jalan utama, macet total, padat merayap hampir tak bergerak. Sementara jarum jam terus merangkak. Kami menyangka hanya akan kena macet di sekitar Tanah Kusir, seperti biasa setelah keluar Tanah Kusir, lalu lintas akan lancar. Ternyata sampai daerah Slipi masih juga macet. Sementara jarum jam sudah menunjukkan angka 07.13 WIB. Jujur, dalam hati aku mulai hopeless, meski tetap bibirku tak henti mengucapkan doa, semoga kami cepat masuk tol dan semoga jalan tol lancar. Ibu yang ikut dalam mobil tampak gelisah dan resah. Juga mengeluh tentang kemacetan dan berandai-andai jika saja kami berangkat lebih pagi.

"Sudahlah, Bu, lebih baik kita berdoa saja, " kataku mencoba menenangkan ibu.

Sementara hp suami terus berdering. Dari satu rombongan, semua teman suami sudah datang, tinggal suami saja. Aku sempat berpikir, sudahlah kita pakai penerbangan berikutnya saja, karena aku pernah telepon maskapai itu, ada penerbangan kedua sekitar jam 14.00 WIB. Ternyata suami juga mengatakan hal yang sama kepada temannya. Tapi tiket sudah terlanjur dibayar dan tak bisa dibatalkan atau hangus. Tapi mengingat cuaca yang kurang bersahabat, aku sempat berharap semoga pesawat delayed. Hm.... kemacetan di Jakarta ini membuat kami benar-benar tak berdaya, mati gaya!

Sekitar pukul 07.15 kami masuk pintu tol, aku berdoa semoga jalan tol lancar sehingga menurut perkiraanku, sekitar pukul 07.45 kami sudah sampai di bandara. Alhamdulillah jalan tol ramai lancar, sehingga tepat pukul 07.45 kami sudah sampai bandara. Aku segera bersiap mengeluarkan barang bawaan, sementara suami segera bergabung dengan teman-temannya. Aku segera bersalaman dengan teman-teman suami. kebetulan ada teman satu kantor suami yang sama-sama dipindahtugaskan di kota yang sama. Aku sudah kenal dengan istrinya, karena kami pernah mengadakan family gathering bersama. kami segera bertukar nomor telepon, dan berjanji akan saling menelepon dan saling menguatkan. Karena bagaimanapun, ini adalah pengalaman pertama bagi kami. Berpisah dengan suami, membesarkan dan merawat anak-anak seorang diri. Namun, aku bersyukur karena di tempat yang baru suami ada temannya, bahkan banyak, semua ada lima orang. Besok hari Kamis, suami akan dilantik di tempat tugasnya yang baru. Semoga diberi kemudahan dan kelancaran. Amin.

Aduh kayaknya aku harus selalu menambah rasa syukur, karena kepindahan ini membawa banyak hikmah. Jujur, aku jadi makin tambah sayang sama suami. Demikian juga aku merasa suami semakin sayang dan perhatian. Bukannya selama ini tidak sayang dan perhatian lho, tapi menurutku, suami termasuk tipe orang yang tidak mudah mengungkapkan perasaannya. Beda dengan aku yang apa adanya.

Perpisahan di bandara berjalan lancar, tidak pakai acara nangis bombay. Mungkin karena masih dalam suasana sport jantung selama di jalan.

"Tadi sebenarnya aku ingin nangis lho, Mi, sedih ditinggal Abi...." kata Mas Azzam dalam perjalanan pulang.

"Kok nggak jadi nangis, Mas, kenapa?" tanyaku.

"Habis aku lapar, perutku keroncongan..."

Ya ampyun... namanya juga Mas Azzam, si raja makan, ada-ada aja...

Tidak ada komentar: