Rabu, 12 Mei 2010

PAM CERIA (2)

PAM Ceria tahun ini, aku sempat bingung, mau ikut atau tidak. Ya, tentu semua dengan pertimbangan tertentu. Sebenarnya aku ingin ikut, karena aku ingin membantu mengawasi dan mengobati peserta bila ada yang terluka atau sakit. Tapi bila aku ikut, aku khawatir, anak-anakku yang ikut berkemah akan tergantung padaku dan tidak mandiri. Tahun lalu ketika camping di Ragunan, Amil yang saat itu masih kelas 2 SD, bolak-balik mengintip tenda P3K untuk memantau keberadaanku. Memang sih, setelah diberi pengertian oleh seorang guru, akhirnya Amil bisa bersikap biasa dan tidak sebentar-sebentar menjenguk tenda P3K. Seperti orang tua yang lain, tentu aku ingin anak-anak bisa mandiri dan belajar melihat hidup dari sisi yang lain. Itulah hikmah yang aku ingin anak-anak bisa mendapatkannya dari acara camping kali ini. Bahwa hidup tak selalu berjalan mulus, bahwa mereka tak selalu mudah memperoleh apa yang menjadi keinginannya. Bahwa ada kalanya kita harus mampu hidup susah dan apa adanya. Tak ada kasur empuk lengkap dengan pendingin ruangan, tak ada si mbak yang bisa dimintai tolong mengambilkan sesuatu. Semua harus dikerjakan sendiri. Belajar melakukan semua sendiri dan -tentu saja- bekerja sama dalam satu kelompok.

Akhirnya aku berkonsultasi dengan seorang guru. Alhamdulilah berkat masukan beliau, aku merasa mantap untuk ikut. Intinya dari rumah anak-anak sudah disiapkan bahwa nanti di arena camping, bapak dan ibu mentor adalah pengganti orang tua di rumah. Sementara keberadaan aku di sana bukan sebagai ibu mereka, tapi sebagai tenaga medis yang membantu merawat peserta camping bila ada yang sakit dan terluka. Sepertinya anak-anak bisa mengerti. Aku tekankan juga, kalau ada apa-apa harus lapor sama mentor, kalau mau pergi juga harus ijin mentor. Kurasa anak-anak bisa mengerti dan paham.

Maka tibalah saat mempersiapkan peralatan yang akan dibawa. Setelah semua terkumpul, aku mulai menulis nama dan anak-anak dengan antusias menempelkan nama itu ke bendanya masing2 menggunakan selotif bening. ”Syamil body wash..... haha” kata Amil sambil mengacungkan body wash yg berganti merk menjadi Syamil body wash.

”Azzam tepung bumbu..hehe,” si kakak tak mau kalah. Begitulah, acara tempel menempel cukup heboh. Lalu dilanjutkan dengan packing. Anak-anak kuminta memasukkan sendiri barang-anak yang akan dibawa ke dalam tas, supaya mereka tidak kebingungan bila akan menggunakan. Dan akhirnya .... berakhirlah acara packing malam itu. Si kakak menghasilkan satu tas peralatan pribadi, satu tas snack dan satu tas besar berisi karpet dan tikar. Si adik menghasilkan satu tas keperluan pribadi, satu ember berisi snack dan sebuah tongkat pramuka. Setelah menaruh barang-barang di ruang depan, anak-anak bersiap tidur dan masuk ke kamarnya.

Paginya, alhamdulillah anak-anak gampang dibangunkan. Setelah bersiap dan sarapan, tepat pukul setengah tujuh, kami berangkat ke sekolah. Sampai di sekolah, sudah ada beberapa anak dan guru yang datang. Lalu peserta berangkat ke TKP setelah tak lupa berdoa bersama semoga acara perkemahan dapat berjalan dengan lancar, semua peserta dapat menjalankan semua kegiatan dengan selamat dan semoga acara perkemahan ini bermanfaat.

Wah... sampai di TKP peserta tampak asyik menghias tenda. Sebagian ada yang sibuk memasak. Tercium wangi telor dadar yang membuat perut melilit kelaparan. Juga aneka masakan dari tempe. Oh... ternyata para peserta sedang mempersiapkan lomba memasak.

Tibalah saatnya aku bersama Bu Lia, menyisir. Ups..... bukan menyisir rambut lho... tapi keliling arena, mendatangi satu per satu tenda, menanyakan apa ada yang sakit atau tidak serta memberitahu letak tenda P3K. Kalau ada peserta yang butuh pertolongan, segera menghubungi atau datang ke tenda P3K. Wah... tampaknya semua peserta baik-baik saja. Wajah-wajah mungil yang ceria tampak asyik menghias tenda. Melilit kertas berwarna-warni, menempel, menghias dengan spidol timbul, menghias tenda dengan ikatan ilalang... dan bermacam-macam ragam hiasan yang lain. Begitu kreatif dan indah.

Ketika aku berjalan ke tenda berikutnya, tiba-tiba terdengar seorang anak menangis kesakitan. Kuhampiri si kecil yang menangis sambil terduduk. Ya Allah, kulihat darah mengalir dari mulutnya. Segera kugendong dan kubawa ke tenda P3K. Ternyata berat juga, untung ada bapak guru yang menggantikan menggendong. Ternyata dia terjatuh, tak melihat ada tali tenda. Untung jatuhnya di rumput, jadi lukanya tidak terlalu parah. Segera kubersihkan dan kutekan daerah yang luka. Kulihat bibir bawah bagian dalam luka, mungkin terantuk gigi. Ada sedikit darah mengalir dari hidung. Aku berusaha menghentikan perdarahan dan menenangkannya.

”Tidak apa-apa Sayang, sebentar lagi Insya Allah sembuh. Tuh.. darahnya sudah berhenti. Sakit sedikit ya... sabar ya Sayang.....” kataku coba menenangkan.

Alhamdulillah tak lama kemudian darahnya sudah berhenti. ”Ganti baju ya, Nak... biar diambilkan sama temannya...” usulku. Aku khawatir kalau dia melihat bekas darah yang ada di bajunya, dia akan takut lagi.

Perdarahan pada bibir bagian dalam memang sering dialami anak-anak yang jatuh. Penyebab salah satunya adalah karena terantuk dengan gigi, kadang disertai dengan gigi goyang pada daerah luka. Darah yang keluar biasanya cukup banyak, hal inilah yang membuat anak atau orang tua takut karena melihat darah yang cukup banyak. Pertolongan pertama, ambil kapas untuk menghentikan perdarahan dan menenangkan korban. Lalu mengolesi daerah luka dengan antiseptik (betadine). Biasanya tak lama kemudian darah akan berhenti total dan rasa sakit mulai berkurang.

Tak lama kemudian datang beberapa anak dengan keluhan yang sama. Beberapa bagian tubuhnya bentol-bentol. Kulihat ada yang di punggung tangan, seluruh tangan, kaki, perut, leher, punggung dan lain-lain. Melihat bentuk bentolnya yang menyebar, kemerahan, gatal, dan semakin bertambah banyak... bisa dipastikan itu adalah sebuah bentuk alergi. Bisa terkena ulat atau serangga. Tidak perlu khawatir dan panik. Segera olesi daerah yang bentol dengan lotion anti alergi. Bila bentolnya banyak, bisa ditambah dengan minum obat anti alergi. Alhamdulillah tak lama kemudian bentol-bentol mulai mereda dan rasa gatalnya juga mulai menghilang.

Setelah itu, ada juga beberapa anak yang datang dengan keluhan sesak nafas karena terhirup asap saat memasak.

Namanya juga kegiatan out door, jadi kurasa wajar kalau ada yang terluka ataupun keluhan lainnya. Yang penting kita sudah menyiapkan segala sesuatunya. Ya, memang tak harus sempurna. Kurasa tidak apa-apa sekali-kali anak-anak kita berkegiatan di luar, dengan segala tantangan, kesusahan dan kesulitannya.

Siang menjelang. Tenda terasa panas, akhirnya kami menggeser tenda ke tempat yang lebih teduh. Karena kasihan anak-anak yang menginap di tenda P3K kalau tendanya panas dan tidak nyaman. Menjelang jam tiga sore, terik matahari yang tadinya terasa membakar mulai meredup. Awan mulai datang, semakin lama semakin tebal dan hitam. Rintik pertama jatuh, dilanjutkan dengan rintik kedua, ketiga dan berjuta-juta rintik hujan mengguyur tenda-tenda kami. Air mulai mengalir dan meninggi. Angin menyertai hempasan hujan yang perlahan namun pasti mulai menggoyahkan pertahanan. Tenda kami kebanjiran....!!

Anak-anak keluar tenda sambil memakai jas hujan, sebagian menggunakan payung. Semua peserta dievakuasi menuju aula. Panitia segera berusaha mencari jalan keluar terbaik. Hasilnya, peserta terbagi dalam tiga wisma, tiga saung, parkiran, dan aula. Karena semua tikar basah, panitia segera mengerahkan karpet dan tikar yang masih tersisa di sekolahan. Alhamdulillah jumlahnya cukup banyak.

Tapi sebenarnya ada juga hikmahnya peserta tidak tidur di tenda. Karean ada beberapa tenda yang pesertanya gatal-gatal. Entah terkena ulat atau alergen yang lain. Ada juga yang hanya masuk tenda untuk mengambil sepatu, begitu keluar langsung bentol-bentol.

Acara malam hari berlangsung meriah. Inilah acara yang ditunggu-tunggu. Apalagi kalau bukan pentas seni. Masing-masing kelompok mempersembahkan penampilan terbaik mereka. Lucu-lucu, abanyak peserta yang tertawa terpingkal-pingkal melihat aksi teman-temannya. Setelah pentas seni selesai, sampai pula pad acara yang juga sudah dinanti-nanti. Hm.. apalagi kalau bukan jalan malam. Duh, Nak.... nggak ada capek-capeknya ... meski mata sudah mengantuk, tetap antusias dan menyala lagi semangatnya untuk mengikuti jalan malam.

Malam mulai larut, tibalah saat tidur. Kembali kami menyisir... khawatir ada anak yang sakit atau panas. Ada satu dua yang batuk-batuk dan kami segera memberinya obat batuk. Satu persatu anak-anak yang sudah tertidur lelap, dibantu oleh para mentor diperiksa suhu tubuhnya. Alhamdulillah tidak ada yang panas. Aku segera kembali ke tenda P3K. Ada beberapa pasien dengan keluhan pusing, sakit perut dan satu orang suhu badannya agak tinggi, tidur bersama di tenda P3K, untuk memudahkan pemantauan.

Sekitar jam empat pagi, anak-anak mulai bangun. Sholat tahajud, sholat subuh dilanjutkan dengan cerita ba’da subuh. Lalu diteruskan dengan senam bersama dan lari mengelilingi arena perkemahan. Wajah-wajah tampak cerah dan segar meski belum mandi... hehe... maklum kalau agak bau-bau sedikit...

Setelah itu anak-anak sarapan dan minum susu hangat. Lalu mereka berganti pakaian dan siap-siap out bond. Setelah out bond.... mandi dan bersih-bersih badan. Beres-beres tenda, packing barang-barang.... dan persiapan untuk pulang.

Alhamdulillah... acara berjalan dengan lancar dari awal sampai akhir. Alhamdulillah semuanya selamat dan dapat pulang ke rumah dengan tak kuang suatu apa. Semoga anak-anak dapat mengambil hikmah yang banyak dengan kegiatan camping kali ini. Terima kasih kepada bapak dan ibu guru yang telah berusaha melakukan dan memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Semoga Allah swt membalas segala cinta, pengorbanan, kasih sayang dan segala peluh yang telah keluar... dengan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda. Amin, amin ya Robbal 'alamin.

Hm... kalau boleh usul, bagaimana kalau untuk tahun berikutnya camping diadakan pada musim kemarau.... kalau bisa pas bulan purnama, jadi jalan malam sambil ditemani cahaya bulan purnama.... hehe....

Tidak ada komentar: